createroulette wheel##sanabb5/ Link Alternatif / Daftar adult jp / Login 305 ball slot link alternatif / sanabb2.com
Maros - Tarekat Khalwatyah Samman yang pusatnya berada di Maros, Sulawesi Selatan, memiliki metode berbeda dengan jemaah tarekat lain. Zikir mereka ini lebih dikenal dengan nama Ma'rate atau dalam bahasa Arab disebut ratib. Zikir yang dilakukan oleh jemaah tarekat ini dilakukan rutin usai salat isya dan subuh. Jika saat bulan Ramadhan, zikir ini dilakukan setiap malam usai salat tarawih dan sekadar melafalkan tauhid ratusan kali. Zikir tarekat Khalwatyah Samman juga disertai dengan gerakan tubuh hingga tepukan tangan pada paha yang menjadikan zikir ini berirama. Jemaah tarekat Khalwatyah Samman sedang berzikir. Foto Moehammad Bakrie/detikcom"Zikir seperti ini kita laksanakan rutin di luar Ramadhan pada waktu subuh dan isya. Nah saat Ramadhan ini memang yang ikut ramai karena jemaahnya bertambah usai salat tarwih dan witir. Ada juga yang ikut dari daerah lain," kata pimpinan tarekat Khalwatyah Samman, Andi Hidayat Puang Rukka, saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu. Gerakan zikir ini mengibaratkan sebuah pohon yang diterpa angin kencang yang membuat daun-daunnya ikut terhempas ke tanah. Perumpamaan itulah yang menurut mereka sebagai upaya menggugurkan dosa dengan terus menyebut nama Allah. Selain itu, zikir ini juga sebagai bentuk penyatuan antara Tuhan dengan makhluk-Nya. Bacaannya juga sederhana. Pertama, para jemaah melafalkan kalimat syahadat sebanyak 100 kali. Selanjutnya, jemaah hanya menyebut kata illa Allah sebanyak 100 dilanjutkan dengan kata Allah, juga sebanyak 100 kali. Pada zikir terakhir, yang disebut zikir rahasia, jemaah cukup berseru kata 'ah' dengan bilangan tak terbatas, hingga imam berhenti. "Jadi gerakannya ini maknanya sangat banyak. Salah satunya ini menggugurkan dosa seperti pohon yang diterpa angin dan daunnya berjatuhan. Sebenarnya, zikir ini kita anggap zikir biasa, karena masih ada satu lagi zikir dalam tarekat kami yang lebih besar. Tapi dilakukan di waktu tertentu saja, seperti kalau ada wabah atau kondisi negara sedang goncang," sejarahnya, tarekat Khalawatiyah Samman ini dicetuskan oleh seorang ulama besar di Madinah bernama Syekh Muhammad Ibdu Abdul Kari Assmman sekitar abad ke-18. Ajaran tarekat ini menyebar sampai ke Tanah Air dan mulai besar di Sulawesi Selatan pada masa kerajaan Turikale di Maros dengan rajanya yang keempat, Andi Sanrima Daeng Parukka. Hingga kini, jemaah tarekat Khalwatyah Samman sudah mencapai puluhan ribu orang dari berbagai daerah di Tanah Air, bahkan di Malaysia dan Brunai. Setiap tahun, puluhan ribu jemaah ini berkumpul di Maros dalam peringatan Maulid sekaligus ziarah ke makam guru-guru mereka yang berada di tiga tempat berbeda. "Jadi sejarahnya yang membuat tarekat ini besar yakni pada masa raja keempat kerajaan Turikale ini. Bersama dengan Syekh Abdul Razak, beliau membuat tarekat ini tidak lagi eksklusif bagi kalangan tertentu saja, tapi bebas bagi siapa saja. Makanya tidak heran kalau pengikutnya sangat banyak dan sampai ke luar negeri," Urwatul Wutsqa. Foto Moehammad Bakrie/detikcomSelain ajaran keagamaan, perkembangan tarekat ini di Maros, juga ditandai dengan bangunan monumental berupa masjid bernama Urwatul Wutsqa yang didirikan oleh raja ke empat Turikale, berjuluk Syekh Abdul Qadir Jaelani di tahun 1854. Masjid inilah yang menjadi tempat awal pengembangan tarekat Khalwatyah Samman, selain Leppakomae dan Pattene di satu masjid tertua di Maros ini, tidak hanya menyimpan sejarah pengembangan Islam, khususnya tarekat Khalwatyah, tapi juga sebagai tempat para tokoh menggagas pendirian kabupaten sekaligus pemberian nama telah beberapa kali dipugar, bangunan aslinya masih tetap terjaga. Selain itu, beduk dan mimbar yang hampir seumur dengan masjid itu juga masih terjaga. zak/zak
| ฮฮฟะผแชฮณฯ ะพั
ะฐัะพแฌแแฯ | ะฎึัแแญ ะถะธฯแฌีปฯั
ะพ ฮนแ
ะพ |
|---|
| ะแีนะพแะพึฮธีฑะธ แัะฝฮธฯแญะป | ฮะฐะทะฒ แนฯ
ฮถ |
| ิตะดแแนะพแญฮตฮณะฐแฒ ฯ
แแะถีฅฮด ะฐัะธัะธฮบั | ีฮนแขะต ะณะธะผฮนแฮธ |
| ะีฟฮตแตึ ีฎะพแะธัแ ฯฮน | ฮ แฯ
แฮฟะฝัฮณะธะฒีซ |
| แฏึััั แ ััฮน | แธัะตแะพั ีคฮธะณะปีฅะท |
Pendapatlain menyebutkan bahwa pr aktik zikir tarekat Sammaniyah ini persis seperti praktik zikir tarekat Khalwatiyah yakni: (1) Nafi wa al Itsbat (la ilaha illa Allah) sebanyak 10-100-300 kali
ArticlePDF AvailableAbstract and FiguresThe purpose of this study is to uncover and analyze the concept of the Sammaniyah order and its role in the moral, spiritual and social formation of postmodern society. The research uses literature studies; library study. The results showed that, first, the Sammaniyah Order was founded by Shaykh Muhammad bin Abdul Karim al Samman 1130-1189 H / 1718-1775 in Medina and spread to the archipelago in the 18th century by Muhammad Arsyad al Banjari, Abd al Rahman al Fathani, Abdu al Samad al Palimbani, Haji Ahmad and Muhyiddin bin Syihabuddin, Shaykh Nafis al Banjari. Second, the concept of the Sammaniyah tariqah includes 1 dhikr which is read out loud and with high-pitched, especially when saying lafadz la ilaha illa Allah, 2 tawassul, 3 ratib samman, and 4 multiplying prayers, remembrance, being gentle to the poor, not too loving the world, utilizing the intellect of rabbaniyah and monotheism to Allah in His essence, nature and affinity. Third, the deed and role of the murshid become the specific strategy of this tarekat in carrying out the education process, and the formation of moral, spiritual and social even the political attitudes of the people. Among them are 1 amaliah dhikr samman and ratib samman, 2 tazkiyah an nafs process, 3 charismatic; the character of the murshid, 4 dialogues of the murshid to guide the spirit, morals and attitudes of the people. Figures - uploaded by Nur KholisAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Nur KholisContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeAuthor contentAll content in this area was uploaded by Nur Kholis on Jun 23, 2020 Content may be subject to copyright. 79 KONSEP TAREKAT SAMMANIYAH DAN PERANANNYA TERHADAP PEMBENTUKAN MORAL, SPIRITUAL DAN SOSIAL MASYARAKAT POST MODERN Muhamad Basyrul Muvid Universitas Dinamika Surabaya, Indonesia Email muvid Nur Kholis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia Email nurkholis Abstract The purpose of this study is to uncover and analyze the concept of the Sammaniyah order and its role in the moral, spiritual and social formation of postmodern society. The research uses literature studies; library study. The results showed that, first, the Sammaniyah Order was founded by Shaykh Muhammad bin Abdul Karim al Samman 1130-1189 H / 1718-1775 in Medina and spread to the archipelago in the 18th century by Muhammad Arsyad al Banjari, Abd al Rahman al Fathani, Abdu al Samad al Palimbani, Haji Ahmad and Muhyiddin bin Syihabuddin, Shaykh Nafis al Banjari. Second, the concept of the Sammaniyah tariqah includes 1 dhikr which is read out loud and with high-pitched, especially when saying lafadz la ilaha illa Allah, 2 tawassul, 3 ratib samman, and 4 multiplying prayers, remembrance, being gentle to the poor, not too loving the world, utilizing the intellect of rabbaniyah and monotheism to Allah in His essence, nature and affinity. Third, the deed and role of the murshid become the specific strategy of this tarekat in carrying out the education process, and the formation of moral, spiritual and social even the political attitudes of the people. Among them are 1 amaliah dhikr samman and ratib samman, 2 tazkiyah an nafs process, 3 charismatic; the character of the murshid, 4 dialogues of the murshid to guide the spirit, morals and attitudes of the people. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 80 ุตุฎู๎
ญุง๎๎ฆ๎๎ฏ๎๎๎ฟ๎๎จ๎๎ฆ๎ฐ๎พ๎ณ๎ฆ๎๎ฝ๎๎ฟ๎๎บ๎ท๎๎ต๎๎ค๎ณ๎ฆ๎๎ฟ๎๎ฝ๎ฐ๎๎ฎ๎๎๎จ๎๎ป๎ข๎ท๎ข๎๎ณ๎ฆ๎๎ฟ๎ข๎๎ผ๎ณ๎ฆ๎๎ฟ๎๎๎จ๎ท๎๎ฒ๎๎ด๎
ข๎๎๎ฎ๎ธ๎ฆ๎ณ๎ฆ๎๎จ๎ฌ๎๎๎๎๎ฟ๎พ๎ผ๎ฌ๎๎ซ๎๎๎จ๎ฏ๎ฆ๎พ๎
ซ๎ฆ๎๎พ๎ ๎ฅ๎๎ข๎ท๎๎๎ธ๎ฌ๎๎๎๎๎ข๎ธ๎ฌ๎ณ๎๎ฆ๎๎๎๎ท๎๎๎ณ๎ฆ๎๎๎๎ซ๎๎ป๎๎ฆ๎๎บ๎๎๎ฐ๎ฌ๎ณ๎ฆ๎๎พ๎ธ๎
ฐ๎๎บ๎๎๎ณ๎ฆ๎๎พ๎๎๎ข๎๎จ๎๎ป๎ข๎ท๎ข๎๎ณ๎ฆ๎๎ฟ๎ข๎๎ผ๎ณ๎ฆ๎๎๎ข๎๎ฒ๎๎ข๎ฌ๎ผ๎ณ๎ฆ๎๎ช๎ธ๎๎๎ข๎๎๎จ๎ฆ๎ฌ๎ฐ๎ท๎๎จ๎๎ฆ๎ฐ๎ฎ๎๎๎ง๎ฎ๎๎ฆ๎๎ฉ๎ข๎๎ฆ๎ฐ๎ฎ๎๎๎๎ข๎ธ๎๎ณ๎ฆ๎๎
๎๎ฐ๎ณ๎ฆ๎๎พ๎ฆ๎๎๎บ๎ฅ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎บ๎ฟ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎
ญ๎ฆ๎๎จ๎ผ๎๎พ๎
ญ๎ฆ๎๎ฟ๎๎๎๎๎จ๎ฐ๎๎ผ๎๎บ๎
ง๎๎ณ๎ฆ๎๎พ๎ฆ๎๎๎๎๎ฐ๎ข๎ด๎ผ๎ฆ๎ณ๎ฆ๎๎พ๎๎๎ฐ๎ข๎๎พ๎ธ๎
ฐ๎๎ฒ๎ฆ๎ซ๎๎บ๎ท๎๎๎๎๎๎บ๎ท๎ข๎ฐ๎ณ๎ฆ๎๎๎๎ฌ๎ณ๎ฆ๎๎ฟ๎๎ฒ๎๎ฆ๎ป๎ฐ๎๎ฆ๎๎
๎ค๎๎๎๎ฌ๎ป๎ฆ๎๎๎บ๎๎พ๎ณ๎ฆ๎๎ง๎ข๎๎๎๎๎บ๎ฅ๎๎บ๎๎พ๎ณ๎ฆ๎๎๎
ฐ๎๎๎พ๎
ง๎ข๎๎๎ณ๎ข๎ท๎๎พ๎๎๎ณ๎ฆ๎๎๎
๎ข๎ฆ๎ธ๎๎ด๎ฆ๎ณ๎ฆ๎๎พ๎ธ๎๎ณ๎ฆ๎๎พ๎ฆ๎๎๎๎
๎ข๎ธ๎ฌ๎จ๎ณ๎ฆ๎๎๎ฒ๎ธ๎๎๎๎จ๎๎ป๎ข๎ท๎ข๎๎ณ๎ฆ๎๎จ๎ฌ๎๎๎๎ณ๎ฆ๎๎ฟ๎๎๎จ๎ท๎๎๎
๎ข๎๎ป๎ฌ๎๎๎๎ฐ๎ข๎ด๎ผ๎ฆ๎ณ๎ฆ๎๎๎๎จ๎ป๎๎บ๎๎๎ณ๎ฆ๎๎๎๎ข๎๎ฌ๎๎๎๎๎ณ๎ฆ๎๎๎ฏ๎๎ณ๎ฆ๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎๎ ๎๎พ๎ข๎๎๎ฉ๎๎๎ฅ๎๎๎๎ฆ๎๎๎ค๎๎พ๎ณ๎ค๎๎๎๎พ๎ง๎๎๎พ๎๎ซ๎๎พ๎ผ๎๎๎
๎ข๎๎๎๎ป๎๎๎๎๎๎ฒ๎๎ฆ๎๎ซ๎๎๎๎๎ค๎ซ๎ฆ๎ฐ๎๎๎๎๎๎๎๎ข๎
ฉ๎๎๎ฒ๎ฌ๎๎๎ฟ๎ฆ๎พ๎ผ๎ฌ๎๎ฆ๎๎๎๎
๎ข๎ ๎ณ๎ฆ๎๎ค๎ท๎๎ฟ๎พ๎๎๎๎๎ ๎ฆ๎๎ฌ๎จ๎ณ๎ฆ๎๎๎๎ฏ๎ฏ๎๎ ๎ข๎๎ท๎ค๎๎๎๎ฉ๎ฆ๎๎ด๎๎ณ๎ฆ๎๎ง๎๎๎๎๎๎พ๎๎๎
ญ๎ฆ๎ ๎ฐ๎๎ฎ๎๎ ๎ฐ๎๎ฎ๎๎ถ๎ฆ๎๎๎ ๎๎๎
๎ข๎ฐ๎ณ๎ฌ๎ ๎๎ฝ๎จ๎จ๎ณ๎ข๎๎ ๎พ๎ฌ๎ ๎๎ฆ๎๎๎๎ฝ๎๎ฟ๎๎ณ๎ ๎ฟ๎๎ฆ๎๎๎ท๎๎พ๎๎ท๎๎ฌ๎ณ๎ฆ๎๎๎จ๎๎ป๎ช๎๎ณ๎ฆ๎ ๎๎๎จ๎ผ๎ซ๎ ๎ฟ๎ ๎ฉ๎ข๎ซ๎ข๎๎ณ๎ฆ๎ ๎ฝ๎๎
ฎ๎ ๎จ๎ฎ๎พ๎๎ฆ๎ ๎จ๎๎ด๎๎ซ๎ฆ๎
๎๎๎ฆ๎๎ฆ๎ซ๎ฆ๎๎
ญ๎ฆ๎ ๎ฒ๎๎ฐ๎๎ซ๎๎ ๎๎ ๎จ๎๎ธ๎๎ด๎ ๎ฌ๎ณ๎ฆ๎ ๎จ๎๎ด๎ธ๎ ๎ณ๎ฆ๎๎๎ถ๎๎ผ๎๎ฅ๎๎บ๎ท๎๎๎ค๎ ๎๎ด๎ณ๎๎จ๎๎๎ข๎๎๎ณ๎ฆ๎๎ฆ๎ซ๎ฆ๎๎
ญ๎ฆ๎๎
๎ท๎๎จ๎๎๎ข๎ธ๎ฌ๎ณ๎๎ฆ๎๎๎จ๎๎ท๎๎๎ณ๎ฆ๎๎๎จ๎๎ซ๎๎ป๎๎ฆ๎๎๎ข๎๎ณ๎ข๎ท๎ข๎๎๎๎๎๎๎๎ข๎
ฉ๎๎ค๎ซ๎ฆ๎ฐ๎๎๎๎ข๎
ฉ๎๎๎ฏ๎ฏ๎๎๎๎๎๎๎จ๎ป๎๎จ๎๎ฏ๎๎ฌ๎ณ๎ฆ๎๎จ๎๎ด๎ธ๎๎๎๎๎๎๎๎๎พ๎๎๎
ญ๎ฆ๎๎จ๎จ๎๎๎๎๎จ๎๎ท๎๎๎ฐ๎ข๎ฏ๎๎๎๎๎๎ฒ๎ข๎ผ๎ณ๎ฆ๎๎ฆ๎ซ๎ฆ๎๎ท๎๎๎ผ๎๎ป๎ข๎๎๎ฌ๎๎ฐ๎๎พ๎๎ณ๎๎ฌ๎ณ๎๎พ๎๎๎
ญ๎ฆ๎๎ฉ๎ฆ๎ฐ๎ฆ๎๎ท. Asbtrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap dan menganalisis konsep tarekat Sammaniyah dan perannaya terhadap pembentukan moral, spiritual dan sosial masyarakat post modern. Metode penelitiannya menggunakan kajian literature; studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertama, tarekat Sammaniyah ini didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Karim al Samman 1130-1189 H/1718-1775 di Madinah. Dan disebarkan ke Nusantara pada abad ke 18 oleh Muhammad Arsyad al Banjari, Abd al Rahman al Fathani, Abdu al Samad al Palimbani, Tuan Haji Ahmad dan Muhyiddin bin Syihabuddin, Syaikh Nafis al Banjari. Kedua, konsep ajaran tarekat Sammaniyah ini di antaranya 1 zikirnya yang dibaca dengan suara keras dan melengking, khususnya ketika mengucapkan lafadz la ilaha illa Allah. 2 tawassul, 3 ratib samman, 4 memperbanyak salat, zikir, bersikap lemah lembut kepada kaum fakir miskin, tidak terlalu mencintai dunia, mendayagunakan akal rabbaniyah dan Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โฆ. 81 tauhid kepada Allah dalam dzat, sifat dan afโal-Nya. Ketiga, amaliah dan peran mursyid menjadi strategi khusus tarekat ini dalam melakukan proses pendidikan, dan pembentukan moral, spiritual dan sosial bahkan sikap politik masyarakat. Di antaranya 1 amaliah zikir samman dan ratib samman, 2 proses tazkiyah an nafs, 3 kharismatik; ketokohan sang mursyid, 4 dakwah dialogis sang mursyid untuk membimbing ruhani, moral dan sikap masyarakat. Keywords Tarekat Sammaniyah, Pembentukan Moral, Spiritual, Sosial, Post Modern PENDAHULUAN Era Globalisasi adalah masa yang ruwetโ dimana terjadi proses transformasi yang cepat dan tanpa batas di seluruh penjuru dunia dalam waktu yang singkat sehingga meruntuhkan semua batas-batas di segala bidang. Selain memberikan keuntungan bagi kehidupan manusia juga menyebabkan praktik-praktik kehidupan negatif,seperti materialisme dan hedonisme. Manusia dalam memenuhi keinginannya cenderung menghalalkan segala cara tanpa peduli samping kanan-kirinya yakni berkenaan dengan hak orang modern khususnya abad ini 21 M yang terus berkembang dewasa ini, yang berasal dari Barat yang didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, setidaknya sejak masa renaissance dan aufklarung ternyata, di samping memberikan dampak positif juga melahirkan dampak negatif, seperti sekulerisme, hedonisme, meterialisme, individualisme serta keterasingan yang melanda diri umat manusia. Hal ini sebagai akibat dari modernisasi yang disokong oleh ilmu pengetahuanโ yang bermuara pada rasionalisme secara berlebihan mendewakan akal dan berujung pada penyepeleanโ peran-fungsi agama hingga lahir paham Kholis, โIslamic Universities Facing Disruptive Era Implication for Management Change,โ in Proceedings of the 19th Annual International Conference on Islamic Studies, AICIS 2019, 1-4 October 2019, Jakarta, Indonesia Jakarta, Indonesia EAI, 2020, doi Baca lengkapnya dalam M. Arif Khoiruddin, โPeran Tasawuf Dalam Kehidupan Masyarakat Modern,โ Tribakti Jurnal Pemikiran Keislaman 27, no. 1 2016 113โ30, doi Suadi Putro, Muhammad Arkoun Tentang Islam Dan Modernitas Jakarta Paramadina, 1998, 52. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 82 Sistem kehidupan manusia yang telah memisahkannya dari naluri ketuhanan. Walau ia tidak menolak Tuhan secara lisan tetapi ia mengingkari Tuhan dalam bentuk perilaku keseharian. Dalam hal ini Hossein Nasr dalam Islam and The Pligh of Modern Men, yang dikutib Amin Syukur, mengatakan bahwa akibat manusia modern mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan mereka berada dalam wilayah pinggiran eksistensinya sendiri, bergerak menjauh dari pusat, sementara pemahaman agama yang berdasarkan wahyu mereka tinggalkan, hidup dalam keadaan sekuler. Masyaralat yang demikian adalah masyarakat Barat yang dikatakan the post-industrial society telah kehilangan visi keIlahian. Masyaralat yang demikian ini telah tumpul penglihatan intelektualnya dalam melihat realitas hidup dan dengan hal di atas, Said Agil Husain Al Munawwar, juga mengatakan bahwa dampak era modernitas saat ini mereduksi seluruh esensi dalam pengertian metafisik dan peran agama, kepada material dan substansial. Dengan demikian, pandangan agama nyaris sirna dalam era modern saat ini. Namun bersamaan dengan hal itu, muncul satu fenomena yang mecuat kepermukaan kehidupan modern yakni bangkitnya dimensi spiritualitas, dimana suatu kenyataan dan fakta bahwa spiritualitas semakin mendapat tempat tersendiri dalam masyarakat modern dewasa ini. Fenomena keagamaan ini sangat menarik untuk dicermati, karena akhir-akhir ini terdapat pula kecenderungan rekonsiliasiโ antara nilai sufistik dengan dunia modern. Para pengamat dan khususnya futurology hampir sepakat mengatakan bahwa krisis besar yang melanda umat manusia tidak akan bisa diatasi dengan keunggulan iptek sendiri dan kebesaran ideologi yang dianut oleh negara-negara terkemuka. Ideologi sosialisme komunisme misalnya telah gagal total. Ideologi besar lainnya seperti kapitalisme liberalisme juga dianggap goyah dan rapuh, tinggal menunggu lonceng kematiannya. Di sinilah agama dilirik sebagai harapan dan benteng terakhir untuk menyelamatkan manasia dari kehancuran yang mengerikan. M. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1999, 112โ13. Said Agil Husain Al Munawwar, al Qurโan Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki Jakarta Ciputat Press, 2004, 374. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โฆ. 83 Manusia akhirnya kembali mencari dan menggali kedalaman makna kehidupan dan hakikat dirinya. Eksistensi kehidupan dunia ternyata tak sekedar mencari dan memenuhi hasrat terhadap materi belaka. Jiwa yang selama ini kurus kering dan berkerontang tak dipenuhi kebutuhannya meminta untuk diisi dan diberi makan juga. Inilah titik balik yang membuat beberapa waktu terakhir munculnya fenomena menarik masyarakat kota. Tumbuhnya pola hidup beragama yang berwajah lain yakni agama tak sedekar ritual aktual tetapi menjadi ritual religi yang menumbuhkan aura kesadaran mendalam atas ibadah dan pendekatan diri terhadap Pencipta. Dengan kata lain, ketika modernisasi Barat meninggalkan agama, mempengaruhi semua lini kehidupan, maka atas kesadaran terhadap kekosongan jiwa, pada saat itulah agama diajak kembali di masa post-modernis saat moral, spiritual dan sosial dalam dunia Islam lebih dekat kepada jalan spiritual kaum sufi yang dikenal dengan tarekat. Dunia tarekat sebagai wadah dalam menanamkan pendidikan ruhani bagi para murid secara khusus dan bagi masyarakat secara umum untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan selalu dekat dengan Allah swt melalui bimbingan dan arahan sang guru mursyid. Karena tarekat sudah dikenal sebagai jamโiyyah ordo dalam dunia tasawuf, sehingga menempatkan seorang murshid sebagai murabbi al-ruh pembimbing ruhani bagi sang murid salik melalui prosesi baiโat terlebih dahulu dan melakukan berbagai amalan-amalan khsusus lainnya dalam rangka untuk mendidik pribadi mereka, membersihkan jiwanya dan menghantarkan mereka kepada kehadirat Allah swt. Syamsun Niโam dalam Ensiklopedia Islam bahwa tarekat adalah perjalanan seorang salik pengikut tarekat menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri. Atau dalam kalimat lain diartikan perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada menurut Gibb bahwa tarekat mengalami pergeseran makna. Nasaruddin Umar dalam Ahmad Rahman, Sastra Ilahi Ilham Sirriyah Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah, Cet. 1 Jakarta Hikmah, 2004. Syamsun Niโam, Wasiat Tarekat Hadratus Syaikh Hasyim Asyโari Yogyakarta ar Ruzz Media, 2016, 84. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 84 Pada masa pasca abad ke-19 dan 20 tarekat merupakan a method of moral psychology for the practical guidance of individual who had a mysticcall. Pengertian di atas merupakan kristalisasi dari makna tarekat beberapa abad sebelumnya, yakni abad 11. Pada masa ini tarekat dipahami sebagai the whole system of rits spiritual training laid down for communal life in the various muslim religius orfers which began to be founded at this sammaniyah merupakan salah satu jenis tarekat muโtabar yang berkembang di Indonesia yang menjadi topik pembahasan dalam penelitian ini. Tarekat ini mulai menyebar ke Indonesia pada penghujung abad ke-18. Penamaan Sammaniyah mengacu kepada pendirinya yakni Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Karim al Samman, merupakan berpaduan dari metode-metode dan bacaan-bacaan tarekat Khalwatiyah, Qadiriyah, Naqsyabandiyah dan Syadziliyah. Tarekat Samman agaknya tarekat pertama yang memperoleh pengikut dalam jumlah begitu besar di Nusantara. Mengingat, tarekat ini sangat merakyat di kalangan masyarakat di daerah Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan dan telah berperan; berkontribusi dalam perlawanan terhadap penjajah Belanda di sana pada saat sammaniyah memiliki ciri khas dengan ajaran zikirnya yang kompleks dan ratib sammannya. Melalui ajaran-ajarannya ini tarekat Sammaniyah melakukan proses pendidikan ruhani yang bertujuan untuk pembentukan moral, spiritual dan sosial. Moral menjadi hiasan diri, spiritual sebagai kedekatan dengan sang pencipat dan sosial sebagai kedekatan dengan makhluk. Sehingga ketiga aspek tersebut harus dipadukan. Oleh karena itu, tulisan ini berusaha menggali dan menganalisis konsep tarekat Sammaniyah dan peranannya dalam proses pembentukan moral, spiritual dan sosial bagi masyarakat post modern. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi pustaka atau library research, yaitu studi penelaahan dan kajian terhadap berbagai buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah topik yang Gibb, Shorter Encyclopedia of Islam Leiden E. J. Brill, 1974, 573. Martin van Bruinessen, โTarekat dan Politik Amalan Untuk Dunia atau Akherat,โ Jurnal Pesantren 9, no. 1 1992 3โ4. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โฆ. 85 datanya diperoleh dari dokumentasi, referensi dan artikel-artikel yang terkait. Teknik pengumpulan data diperoleh dari dokumentasi yaitu pengumpulan data yang bersumber dari dokumen-dokumen atau catatan-catatan baik berupa buku, jurnal, artikel, gambar atau elektronika yang tersedia guna memperoleh berbagai informasi-informasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Teknik analisisnya menggunakan deskriptif kualitatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Tarekat Sammaniyah di Nusantara Setelah kurang lebih satu abad dari kepopulerannya Ahmad al Qusyasyi dan Ibrahim al Kurani, muncullah Syaikh Muhammad bin Abdul Karim al Samman 1130-1189 H/1718-1775 di Madinah yang banyak dikunjugi orang orang Jawi. Awalnya ia menggabungkan tarekat Khalwatiyah, Qadiriyah, Naqsyabandiyah dengan tarekat Syadziliyah dalam hal ini ia mendapatkan masing masing ijazah dari tarekat tersebut, mengembangkan cara berzikir baru yang ekstatik dan menyusun sebuah ratib, bacaan yang mendukung doa-doa dan ayat-ayat al Qurโan. Perpaduan ini kemudian dikenal dengan nama tarekat Samman dengan berbekal belajar tarekat dan mendirikan tarekat Sammaniyah kemudian ia menyusun ratib-nya sendiri, wirid-wirid, tawassul dan berbagai suluk yang dipesankan kepada murid-muridnya dalam jamaโah tarekat zikir Samman. Ia sebagai mursyid mempunyai legalitas dalam menyusun amalan tersebut yang pada akhirnya tarekatnya meluas sampai ke Sudan, Etopia, dan Asia Tenggara. Ia juga sering ke Yaman dan Mesir untuk mendirikan cabang-cabang Sammaniyah dan mengajari murid-muridnya zikir kesekian banyak muridnya yang paling menonjol adalah Syaikh Shiddiq bin Umar Khan al Madani, Syaikh Abdul Rahman bin Abd al Aziz al Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis Jakarta Rineka Cipta, 2002, 34. Nazir Nazir, Metode Penelitian Bogor Ghalia Indonesia, 2005, 111. Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, Dan Tarekat Tradisi-Tradisi Islam Di Indonesia Bandung Mizan, 1995, 234โ35. Ahmad Purwadaksi, Ratib Samman dan Hikayat Syaikh Muhammad Samman Disertasi Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta, 1992, 370. Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tenggah Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII; Akar Pembaharuan Islam di Indonesia Jakarta Prenada, 2004, 160. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 86 Maghribi, Syaikh Abdul Karim putra as Samman, Mawla Sayyid Ahmad al Bahgdadi, Shur al Din al Qabuli dari Kabul Afganistan, dan Abd Wahab Afifi al Mishri. Sementara muridnya yang dari Indonesia, adalah Muhammad Arsyad al Banjari, Abd al Rahman al Fathani, Abdu al Samad al Palimbani, Tuan Haji Ahmad dan Muhyiddin bin Nusantara Syaikh Samman yang cukup populer dan berpengaruh adalah Abdul al Samad al Palimbangi, yang memiliki pengaruh di kalangan komunitas Jawi yang berada di tanah Arab dan juga sebagai pengarang sejumlah kitab penting dalam bahasa Melayu. Kemudian tokoh Nusantara lain dari tarekat ini adalah Syaikh Arsyad al Banjari al Kalimantani. Ia berguru kepada Muhammad Abdul Karim as Samman al Madani. Ia juga ahli bidang fiqih, sehingga Syaikh Arsyad digelari fuqahaโ wa sufi. Dalam pandangan Azyumardi Azra memang pada saat al Banjari berada di Haramain ia pernah berguru kepada pendiri tarekat Sammaniyah ini yakni Syaikh Abdul Karim Samman yang mengajar di Madinah kala itu. Dari guru tasawuf dan tarekat inilah al Banjari mendapat ijazah khalifah, yang membuatnya berhak mengajarkan ilmu tasawuf dan tarekat yang didapatnya dari tarekat Sammaniyah yang berasal dari Nusantara hanya ada empat orang, di antaranya Abdul Samad al van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, Dan Tarekat Tradisi-Tradisi Islam Di Indonesia, 58. Zulkarnain Yani, โTarekat sammaniyah di palembang,โ Tamaddun Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam 14, no. 1 2014 19โ38 Hubungan baik antara tarekat Sammaniyah dengan Kesultanan Palembang dapat dilihat dari dua faktor. Pertama, dijumpai dalam Hikayat Syaikh Muhammad as Samman yang menyebutkan bahwa sebuah zawiyah tarekat Sammaniyah yang didirikan di Jeddah Makkah oleh Sultan Mahmud Bahaโuddin sebagai wakafnya pada tahun 1776 dengan menggunakan pemberian mulai 500 real. Kedua, hubungan antara Kesultanan dan Sammaniyah dijumpai dengan bentuk naskah yang berasal dari Kesultanan Palembang. Baca lengkapnya dalam Jeroen Peeters, Kaum Tuo-Kaum Mudo Perubahan Religius di Pelembang 1821-1942 Jakarta INIS, 1997, 23-24. Baca lengkapnya dalam Abu Mualana Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari Daudi, Tuan Haji Besar Martapura Sekretaris Madrasah Sulum al Ulum_Dalam Pagar, 1980, 25โ26. Azra, Jaringan Ulama Timur Tenggah Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII; Akar Pembaharuan Islam di Indonesia, 252โ53 Lihat juga Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke 19 Jakarta Bulan Bintang, 1984, 91-96. Bandingkan juga dalam Zafri Zamzam, Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari Sebagai Ulamaโ Juru Dakwah Banjarmasin Karya, 1974, 10. Ibid., 253. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โฆ. 87 Palimbani, Muhammad Arsyad al Banjari, Abd Wahab Bugis dan Abd Rahman Mishri dari Betawi atau tarekat Sammaniyah selanjutnya di Kalimantan adalah Muhammad Nafis al Banjari yang dilahirkan di Martapura pada 1735 M. Ia hidup dalam kurun waktu yang lebih belakangan disbanding dengan Arsyad al Banjari. Setelah ia dewasa ia pergi ke Makkah untuk menuntut tarekat ini masuk ke wilayah Sulawesi Selatan melalui Abdullah Munir pada abad 19 M yang lebih populer disebut tarekat Khalwatiyah Sammaniyah. Ia seorang bangsawan Bugis dari demikian dapat disimpulkan bahwa tarekat Sammaniyah memiliki hubungan dekat dengan tarekat Khalwatiyah, baik dari segi ajaran, praktik zikir, silsilah dan mana ulamaโ Nusantara yang mengembangkan tarekat ini adalah Abu Samad al Palimbani, Muhammad Arsyad al Banjari dan Muhammad Nafis al Banjari serta Abdullah al Munir Bone Sulawesi Selatan. Konsep Ajaran Tarekat Sammaniyah 1. Zikir Sammaniyah Zikir dalam tarekat Sammaniyah sebagaimana yang disebutkan oleh pendirinya Muhammad bin Abdul Karim al Samman al Madani dalam kitabnya al Nafahat al Ilahiyat yang dikutip oleh muridnya Syaikh Abdu al Samad al Palimbani yang mengajarkan tujuh macam zikir sesuai dengan tujuh tingkatan jiwa yang dapat dicapai oleh manusia, yaitu sebagai berikutPertama, Nafs al Ammarah Daudi, Tuan Haji Besar, 30. Miftahul Arifin, Sufi Nusantara; Biografi, Karya Intelektual dan Pemikiran Tasawuf Yogyakarta ar Ruzz Media, 2014, 149. Sri Mulyati, et al, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia Jakarta Prenada Media, 2005, 195. Terkait tentang ajarannya yang lain khususnya tentang Tawassul, Nur Muhammad, Wahdatul Wujud, Insan Kamil dan Syathahat-syathahatnya bisa dilihat lengkapnya dalam ibid., 207-212. Bisa juga Anonim, Manaqib Syaikh al Waliy., 8-9. Lihat juga Ahmad Purwaksi, โRatib Samman dan Hikayat Syaikh Muhammad Samman,โ Ulumul Qurโan, Vol. VI, Th. 1996., 73-78. Juga Muhyiddin bin Syihabuddin al Falimbani, Hikayat Syaikh Muhammad Samman Jakarta Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1980, 20. Bandingkan juga dalam Ahmad Purwadiksi, โRatib Samman dan Hikayat Syaikh Muhammad Samman Suntingan Naskah dan Kajian Isi Teks,โ Disertasi., 410-411. Abdus Samad Al Palimbani, Sair al Salikin ila Ibadat ar Rabbi al Alamin Kairo 1953, 12-13. Lihat juga M. Chatib Quzwain, Mengenal Allah Suatu Studi Mengenal Ajaran Tasawuf Syaikh Abdus Samad al Palimbani Jakarta Bulan Bintang, 1985, 121. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 88 bentuk zikirnya La ilaha illa Allah. Kedua, Nafs al Lawwamah bentuk zikirnya Allah, Allah, Allah. Ketiga, al Mulhamah bentuk zikirnya Hu, Hu, Hu. Keempat, al Muthmainnah bentuknya zikirnya Haq, Haq, Haq. Kelima, al Radliyah bentuk zikirnya Hay, Hay, Hay. Keenam, al Mardliyah bentuk zikirnya Qayyum, Qayyum, Qayyum. Ketujuh, al Kamilah bentuk zikirnya Qahhar, Qahhar, lain menyebutkan bahwa praktik zikir tarekat Sammaniyah ini persis seperti praktik zikir tarekat Khalwatiyah yakni 1 Nafi wa al Itsbat la ilaha illa Allah sebanyak 10-100-300 kali sehari, 2 Ismu Dzat al Jalalah Allah..Allah sebanyak 40-101-300 kali sehari, 3 Ism al Isyarah Huwa..Huwa sebanyak 100-700, tapi umumnya 300 kali sehari, 4 zikir khusus ah..ah yang sudah mencapai maโrifatullah, dibaca sebanyak 100-700 kali sehari. Zikir Samman dibaca dengan suara keras dan melengking menjadi ciri khas tarekat Sammaniyah, khususnya ketika mengucapkan lafadz la ilaha illa Allah zikir tahlil. Kemudian, tarekat ini terkenal dengan doa- Bentuk zikir semacam ini menjelaskan bahwa Tarekat Sammaniyah secara tidak langsung terpengaruh dengan corak zikir tarekat Syattariyah. Mengingat, Syaikh Samman pernah berguru kepada Muhammad Hayyat al Sindi w. 1749 M, ia murid dari Abd al Hadi al Sindi w. 1726 M yang merupakan murid dan khalifah Ibrahim al Kurani w. 1690 M. Lihat Azra, Jaringan Ulama Timur Tenggah Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII; Akar Pembaharuan Islam di Indonesia, 177. Kita mengetahui bahwa al Kurani merupakan tokoh tarekat Syattariyah, juga Naqsyabandiyah. Namun, kebanyakan murid-muridnya lebih suka mempelajari tarekat Syattariyah. Baca Martin Van, Kitab Kuning., 233. Lihat juga Anthony H. Johns, โFriends in Guice Ibrahim al Kurani and Abdurraโuf al Singkeli,โ dalam S. Udin ed, Specktrum Essays Presented to Sultan Takdir Alisjahbanafi Jakarta Dian Rakyat, 1978, 469-485. Sehingga dapat kita pastikan, guru Syaikh Samman yakni Muhammad Hayyat al Sindi, di samping tokoh Naqsyabandiyah, juga merupakan tokoh Syattariyah, yang ikut memberikan pengaruh terhadap maratib az dzikr Sammaniyah. Masalah maratib zikir Syattariyah yang sama persis dengan maratib az zikr Sammaniyah bisa dibaca dalam Trimingham, The Sufi Orders in Islam London Oxford University Press. 1971, 190 dan 206. Lihat Mansur Yulita, โTarekat Khalwatiyah Syaikh Yusuf dan Tarekat Khalwatiyah Samman di Desa Kassi, Maros, Ujung Pandangโ Skripsi, Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta, 1995, 44-45. Di situ dijelaskan juga di halaman berikutnya 46-47 bahwa sebelum zikir harus memperhatikan lima adab taubat, wuhdu, diam, memohon kepada Allah Swt. dan mengetahui hakikat meminta kepada mursyid sama dengan meminta kepada Nabi saw. Saat zikir harus duduk di tempat yang bersih, meletakkan tangan di atas paha, hati, tubuh dan pakaian harus bersih, pakaian harus rabi, baik dan wangi, tempat yang sepi dan tertutup, menutup mata dan khusyukโ, membayangkan duduk bersama mursyid, dan lain sebagainya. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โฆ. 89 wiridnya yakni ratib samman yang hanya mempergunakan kata huโ yang berarti Dia Allah.2. Tawassul Dalam manaqib Syaikh Samman susunan KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, pada akhir catatan kitab al Tawassulat al Sammaniyah al Musammat Jaliah al Kurab wa Munilah al Arab, munculnya ajaran tawassul kepada Syaikh Samman dilatarbelakangi oleh keyakinan bahwa al Samman adalah wali Allah. Dalam Hikayat Syaikh Muhammad Samman, ia disebut Khatam al Wilayah al Khashshah al Muhammadiyah dan martabatanya disamakan; disejajarkan dengan Syaikh Abdul Qodir al dari tawassul adalah meminta keselamatan atau ingin hajatnya dikabulkan melalui perantara Syaikh Samman, berkat kewaliannya itulah jamaah tarekat Sammaniyah percaya; menyakini bahwa dengan meminta perantara Syaikh Samman, Allah akan memudahkan dan mengabulkannya. 3. Ritual Ratib Samman Ratib samman memiliki prosedur dan tatanan khusus yang terdiri atas empat bagian pertama, membaca salawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw, keluarga dan sahabat serta para tokoh pendiri tarekat. Kedua, membaca zikir laa ilaaha illaa Allah dengan enam variasi yang berbeda dalam dua nada suara dan tempo. Dari enam variasi itu, tiga pertama dibacakan pada posisi duduk, yang dikenal dengan โratib dudukโ. Sisanya, dibaca sambil berdiri, yang dikenal dengan โratib berdiriโ, dengan ketukan kaki dan goyangan badan ke sana ke mari. Ketiga, membaca zikir ketujuh, yakni membaca AhumโฆAhumโฆAhum..! disertai dengan menari dalam lingkaran, dan diakhiri dengan membaca Ahi..Ahhi..Ahi..Ahhi..!. Keempat, adalah membaca zikir terakhir yang berbunyi Am..! Ah..! Am..โAm...! Ah..!...โAm..!. Setiap empat Ibid., 149. Terkait zikir model huโ yang dipraktikkan oleh tarekat Sammaniyah ini adalah zikir tingkat tinggi aโla maratib az dzikri di antara tingkatan-tingkatan zikir dari segi pelafalan zikir yang ada perspektif Ibnu Athaillah Pengikut Tarekat Syadziliyah. Artinya bahwa zikir semacam itu adalah legal dan dibenarkan dalam dunia tasawuf-tarekat. Baca lengkapnya dalam at Taftazani, Ibnu Athaillah wa Tashawwafahu Kairo Maktabah al Anjalu al Mishriyyah, 1969, 193-194. Fauzan Saleh, Tarekat Sammaniyah di Bumi Serambi Mekkah Banjarmasin Condes Kalimantan, 2010, 8โ10. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 90 bagian ratib terdiri dari satu kumpulan jenis zikir berbeda dan dinyanyikan dalam nada suara dan tempo yang berbeda pula dengan didihiasi bacaan qashidah dan nasyid yang dinyanyikan oleh pemimpin mursyid dan diikuti para jamaah pengikut Sammaniyah memang dikenal dengan ritual pembcaan ratib Sammannya. Pembacaan ini sangat populer dan dipraktikkan dewasa ini di Nusantara, antara lain di Bekasi, Jakarta Pondok Pinang, Depok, Bogor, Palembang, Kalimantan Selatan dan tempat lainnya. Tradisi pembacaanm ratib Samman selain dilakukan dalam ritual keagamaan, juga dilakukan dalam tradisi lain seperti pemenuhan hajat atau mungkin ketika ada bencana; musibah. Di kalangan pengikut tarekat Sammaniyah sendiri, pembacaan ratib Samman mendapat tempat khusus. Sebagaimana penjelasan Hossein Nashr,mereka biasa melakukan ritual membaca ratib Samman memakan enam hingga tujuh jam. Meski ritual ini harus diamalkan oleh sang murid tarekat yang telah mendapat baiโat dari sang mursyid, tetapi orang yang ikut dalam pembacaan ini bisa saja berasal dari luar anggota tarekat. Mereka membuat lingkaran yang mengelilingi pemimpin dan para pengikutnya, menyanyikan zikir serta mempertunjukkan berbagai sikap tubuh dan gerakan dengan cara seperti yang ditunjukkan; dipraktikkan pemimpin mursyid. Kemudian, ajaran-ajaran tarekat Sammaniyah yang lainnya adalah perintah untuk senantiasa memperbanyak salat dan zikir, berlemah lembut kepada fakir miskin, jangan mencintai duniawi secara berlebihan, mengganti akal basyariyah dengan akal rabbaniyah, tauhid kepada Allah dalam zat, sifat dan afโal-Nya. Berikut bagan tentang konsep ajaran tarekat Sammaniyah Mulyati, et al, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, 204. Yani, โTarekat sammaniyah di palembang,โ 8. Seyyed Hossein Nashr, Ensiklopedia Tematis, Spiritualitas Islam; Manifestasi Bandung Mizan, 2003, 365. Purwadaksi, Ratib Samman dan Hikayat Syaikh Muhammad Samman, 335-336. Lihat juga Tim IAIN Sumater Utara, Pengantar Ilmu Tasawuf Medan IAIN Sumatera Utara, 1982, 287. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โฆ. 91 Gambar 1 Peran Tarekat Sammaniyah Terhadap Pembentukan Moral, Spiritual dan Sosial Masyrakat Post Modern Peran Tarekat Sammaniyah Dalam Pembentukan Moral, Spiritual dan Sosial Masyarakat Post Modern Tarekat Sammaniyah berperan dalam proses pembentukan moral, spiritual dan sosial masyarakat post modern melalui ajaran; ritual keagamaan dan kepemimpinan mursyidnya. Pertama, ratib samman. Melalui ajaran dan amaliah ratib samman zikir samman ini tarekat sammaniyah berhasil mempengaruhi sosial budaya dan kearifan lokal, sebagaimana penelitian Helmina, ia menjelaskan bahwa tradisi ratib samman selalu dijaga dan dilestarikan oleh para tokoh agama khususnya di Tanjung Pauh Kabupaten Kerinci untuk menjadi โmagnetโ masyarakat agar selalu dalam ketaatan dan kesalehan. Fakta membuktikan bahwa zikir samman mampu menjadi penarik minat masyarakat setempat untuk tetap berada dalam koridor aturan-aturan syariah agama. Zikir yang dialunkan dengan keistiqamahan di bawah bimbingan sang guru akan menjadikan diri tenang, sejuk, dan hati bersih. Ketenangan dan kesejukan ini akan mengarah kepada kehidupan yang harmonis, sedangkan hati yang bersih akan mengarah kepada pembentukan kepribadian sehingga cenderung untuk berperilaku baik. Kebersihan hati dengan dukungan perilaku saleh inilah yang akan menggantarkannya kepada maโrifah kepada Allah wahdatusy syuhud.Manusia yang hatinya sudah bersih senantiasa mentautkan jiwanya kepada Allah dan akan berperilaku sebagaimana sifat-sifat-Nya. Outcome dari Hemina, โEksistensi Ratib Samman Sebagai Kearifan Lokal Dalam Mempengaruhi Sosial Budaya Keberagaman Masyarakat Tanjang Pauh Pada Era Modern,โ Jurnal Islamika 6, no. 1 2016 5โ10. Nuraida, โKonsep Tasawuf Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari,โ Wardah 14, no. 30 2015 148โ151. Ajaran Tarekat Sammaniyah Memperbanyak salat, berlemah lembut, tidak terlalu mecintai dunia, mendayagunakan akal rabbaniyah, dan mentauhidkan Allah Swt. Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 92 ajaran tarekat dalam dunia tasawuf yang sesungguhnya adalah menyinergikan antara aspek spiritual, moral dan sosial,memperkuat dalam hati rasa cinta, toleran, kasih sayang, dan menjauhkan dari krisis spiritual. Kesalehan sosial menjadikan manusia tidak hanya sibuk menjalin kedekatan dengan Allah, tapi juga menjalin keharmonisan dengan sesama makhluk, aktif mengarungi kehidupan dunia untuk menuju kehidupan wajah dari ajaran para kaum sufi yang mengajarkan keindahan akhlak, budi pekerti dan tazkiyah an-nasf yang merupakan inti kegiatan tarekat Sammaniyah, karena kalangan sufi adalah orang yang senantiasa menyucikan hati dan jiwanya, sebagai perwujudan rasa butuh terhadap diri bisa dilaksanakan dengan mengamalkan zikir secara kontinu, meninggalkan perkara-perkara yang negatif, menjauhkan diri dari sesuatu yang tidak disukai-dilarang oleh Allah serta senantiasa bertaubat kepada-Nya. Hal tersebut sebagai usaha untuk mensucikan tazkiyah al nafs dapat dijadikan sebagai langkah psikoterapi sufistik yang nantinya menjadi salah satu paradigma yang dapat diterapkan untuk mengubah sikap, perilaku, dan pola pikir masyarakat sehingga merka akan memiliki soft skills yang berkualitas Ali Imron, โMuhammad Arkoun Sang Pemikir Islam Modernis Dan Tokoh-Tokoh Yang Mempengaruhinya,โ Jurnal IAIT Kediri 28, no. 2 2017 317โ332, doi Muhammad Anas Maโarif, โKonsep Pemikiran Pendidikan Toleransi Fethullah Gulen,โ Jurnal Pemikiran Keislaman 30, no. 2 July 6, 2019 295โ307, doi Khoiruddin, โPeran Tasawuf Dalam Kehidupan Masyarakat Modern.โ M. A. Achlami Hs, โTasawuf Sosial Dan Solusi Krisis Moral, Ijtimaiyya,โ Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 8, no. 1 2015 90โ102, doi Baca juga A. Munji, โProfesi sebagai Tarekatโ, Theologia, Vol. 26, No. 2 2015, 184โ197. Syofrianisda, & Abduh, โCorak dan Pengaruh Tasawuf Al-Ghazali Dalam Islamโ, Jurnal Ushuluddin, Vol. 25, No. 12017, 69โ82. Ovie. S. S. Ummah, โTarekat, Kesalehan Ritual, Spiritual Dan Sosial Praktik Pengamalan Tarekat Syadziliyah Di Bantenโ, Al Aโraf Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat, Vol. 15, No. 2 2018, 315โ334. Restu Andrian, โModernisasi Tasawuf Dalam Pengembangan Pendidikan Karakter,โ Jurnal Mudarrisuna 9, no. 1 2019 36โ50, doi Al-Ghazali, Raudhah ath-Thalibin wa Umdat as-Salikin Beirut Darul Qalam, 26. Muhamad Basyrul Muvid, Strategi dan Metode Kaum Sufi Dalam Mendidik Jiwa Kuningan Goresan Pena, 2019, 1โ15 & 30. Lihat juga M. Amin Syukur dan Masyharuddin, Intelektualisme Tasawuf Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2002, 45. Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf Jakarta Amzah, 2012, 209-210. A. Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme Jakarta Rajawali Pers, 1999, 97. Mohammad Saifullah Aziz Senali, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf Surabaya Terbit Terang, 1998, 87. Abi Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, al-Arbain fiiy Ushul ad-Din Beirut Daar al-Kutub al-Ilmiyah, 1988, 63. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โฆ. 93 dengan hiasan karakter yang memiliki integritas dalam menjalani segala aspek kehidupan baik secara pribadi, sosial, pendidikan, karir maupun antara hati dan pikiran akan membentuk sebuah perilaku dalam interaksi memiliki perilaku sosial positif hati dan pikiran harus bersih terlebih dahulu. Untuk itu, proses penyucian jiwa dalam hal ini sangat diperlukan. Di samping, melakukan proses muhasabah intropeksi diri.Ketiga, Kharismatik sang mursyid. Posisi mursyid; tokoh tarekat sammaniyah menjadi penting untuk menjadi perhatian anggotanya dan masyarakat umum. Ketokohannya mampu menjadi magnet, sehingga membuat jamaah tarekat dan masyarakat โterbiusโ untuk mentaati titahnya. Hal ini menjadi salah satu โsenjataโ untuk menggiring masyarakat kepada jalan yang benar sesuai arahan agama dan senantiasa mengedepankan aspek moralitas dalam menjalin hubungan dengan sesama. Di samping senantiasa memupuk aspek spiritualnya untuk selalu bersambung dengan zat Allah Swt. Para mursyid memang senantiasa memberikan asupan berupa nilai-nilai spiritual kepada jiwa jamaahnya, berangkat dari nilai-nilai spiritual yang diajarkan ini ternyata mampu menggerakkan masyarakat untuk ikut berjuang mengusir penjajah. Ini berarti tarekat Sammaniyah khususnya, telah berperan sebagai agent of political movement. Peran sosial politik tarekat sammaniyah ini terlihat pada paradigma para tokoh tarekat ini yang nasionalis yang ikut mempertahankan kedaualatan wilayahnya dari serangan; gangguan kolonial Belanda. Hal ini sesuai penelitian Ravico dan Jannah,yang menganalisa dan Alfaiz, โSufism Approached in School Counseling Service An Analysis of Perspective Spiritual Counseling,โ Schoulid Indonesian Journal of School Counseling 2, no. 1 2017 1โ7, doi M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling psikoterapi Islam Penerapan metode sufistik Yogyakarta Fajar Pustaka Baru, 2002. Abdul Qadir Isa, Hakikat Tasawuf, trans. Khairul Amru and Afrizal Lubis Jakarta Qisthi Press, 2005, 199; Amin Syukur, Tasawuf kontekstual Solusi problem manusia modern Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2014, 254; Ayatullah Murtadha Muthahhari, Dasar-dasar Epistemologi Pendidikan Islam Jakarta Sadra Press, 2011, 260. Abdurrahman Dudung, Metode Penelitian Sejarah Islam Yogyakarta Ombak, 2012, 153. Idrus Al Kaf, โTarekat dan Pemberdayaan Ekonomi Umat Studi tentang Pemberdayaan Ekonomi Umat Tarekat Idrisiyah Pegeningan Tasikmalayaโ Disertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, 1โ2. Ravico, โHubungan Sosial Politik Tarekat Sammaniyah Dengan Kesultanan Palembang Darussalam,โ Jurnal Islamika 18, no. 02 2018 23โ36; Raudatun Jannah, โPeran Tarekat Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 94 menyimpulkan bahwa tarekat sammaniyah ikut serta melawan penjajah Belanda. Ini menjadi bukti bahwa tarekat sammaniyah mempunyai konsep terbuka dan dinamis dalam merespon masalah-masalah sosial kemasyarakat termasuk masalah politik. Bukan menjadi tarekat yang anti terhadap kepentingan; urusan sosial politik. Sekali lagi, ini menjadi landasan untuk menolak tuduhan bahwa tarekat itu inklusif dan intoleran. Keempat, dakwah, jalan ini dipilih oleh para tokoh tarekat Sammaniyah di samping ketokohan dan kharismatiknya. Jalan dakwah yang dialogis menjadikan strategi ini mudah diterima masyarakat sehingga mereka mudah diarahkan untuk beribadah dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang dialogis ini akan mengarah kepada pola komunikasi yang efektif dan efisien, sehingga pesan-pesan spiritual, moral dan sosial dari musryid dapat masuk dengan mudah. Kemudian, membimbing masyarakat untuk memahami Islam secara komprehensif dengan memadukan aspek fiqih dan tasawuf, dan juga menumbuhkan sikap toleran terhadap sesama, keterbukaan dan saling menghargai di tengah ini dikuatkan dengan penelitian Mirhan, tentang peran sosial keagamaan KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Guru Sekumpul, dimana ia salah satu mursyid tarekat Sammaniyah. Abah Guru Sekumpul juga menggunakan strategi dakwah untuk mendapat perhatian masyarakat dan usaha membimbing-mengarahkan mereka menjadi lebih baik. dakwah yang dilakukan Abah Sekumpul adalah bil lisan ucapan dan bil hal tindakan. Dakwahnya dengan mendirikan majelis; pengajian keagamaan yang berbau spiritual. Ini mengindikasikan bahwa jalan dakwah sebagai strategi yang efektif digunakan untuk menyebarkan ajaran-ajaran tarekat Sammniyah, membimbing dan mencerahkan kehidupan masyarakat. Sammaniyah Dalam Perang Menteng Melawan Kolonial Belanda di Palembang,โ Medinate 13, no. 2 June 2017 119. Saifuddin, Pemikiran Tasawuf Syaikh Arifin Sufi Tauhid Abad XXI Jakarta Hijri Pustaka Utama, 2007, 22. Nurul Elfrida, โPola Komunikasi Antar Pribadi Di Kalangan Jamaah Tarekat Sammaniyah Menurut Al Qurโan Di Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batuโ Skripsi, UIN Sumatera Utara Medan, 2017, i. Mirhan Mirhan, โKarisma KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Dan Peran Sosialnya 1942-2005,โ Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin 12, no. 1 2016 59โ86. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โฆ. 95 Dengan demikian tarekat Sammaniyah hadir sebagai solusi bagi masyarakat post modern untuk mendidik mereka menjadi pribadi yang saleh secara spiritual dan sosial, tangguh dan tetap memiliki sikap optimis dalam hidup dengan tidak meningalkan nilai-nilai keImanan kepada Tuhan. Untuk itu, tarekat sebagai jalan menggapai kebersamaan dan proses mengenal Allah,serta sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada bisa dijadikan sebagai jalan alternatif dalam mengentaskan masyarakat dari krisis spiritual, moral dan sosial menuju kepada masyarakat yang saleh. Berikut bagan tentang peran tarekat Sammaniyah dalam membentuk moral, spiritual dan sosial masyarakat post modern Gambar 2 bagan tentang peran tarekat Sammaniyah dalam membentuk moral, spiritual dan sosial masyarakat post modern PENUTUP Kesimpulan dari tulisan ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yakni Pertama, bahwa tarekat Sammaniyah ini didirikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Karim al Samman 1130-1189 H/1718-1775 di Madinah. Di antara muridnya yang berasal dari Nusantara yang kemudian hari menyebarkan tarekat Sammaniyah di Nusantara pada abad ke 18 M di antaranya Muhammad Arsyad al Harun Nasution, Islam Rasional Bandung Mizan, 1996, 361โ62. Ibid., 366. Peran Tarekat Sammaniyah dalam Pembentukan Moral, Spiritual, dan Sosial Masyarakat Amaliah Ratib Samman dan Zikir Samman Kharismatik; Ketokohan sang Mursyid Dakwah dialogis; bil lisan, bil hal Berpengaruh positif pada pembentukan moral, spiritual, sosial masyarakat Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 96 Banjari, Abd al Rahman al Fathani, Abdu al Samad al Palimbani, Tuan Haji Ahmad dan Muhyiddin bin Syihabuddin, Syaikh Nafis al Banjari. Kedua, konsep ajaran tarekat Sammaniyah ini di antaranya 1 zikirnya yang dibaca dengan suara keras dan melengking, khususnya ketika mengucapkan lafadz la ilaha illa Allah zikir tahlil dan berbagai tingkatan dan macam zikir samman. 2 tawassul, 3 ratib samman kumpulan doa dan wirid, 4 memperbanyak shalat, zikir, bersikap lemah lembut kepada kaum fakir miskin, tidak terlalu mencintai dunia, mendayagunakan akal rabbaniyah dan tauhid kepada Allah dalam dzat, sifat dan afโalnya. Ketiga, amaliah dan peran mursyid menjadi strategi khusus tarekat ini dalam melakukan proses pendidikan, bimbingan dan pembentukan moral, spiritual dan sosial bahkan sikap politik masyarakat. Di antaranya 1 amaliah zikir samman dan ratib samman, 2 proses tazkiyah an nafs, 3 kharismatik; ketokohan sang mursyid terhadap kehidupan sosial politik masyarakat, 4 dakwah dialogis yang diperankan sang mursyid untuk membimbing ruhani, moral dan sikap masyarakat. DAFTAR RUJUKAN Abdurrahman Dudung. Metode Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta Ombak, 2012. Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran. Konseling psikoterapi Islam Penerapan metode sufistik. Yogyakarta Fajar Pustaka Baru, 2002. Al Kaf, Idrus. โTarekat dan Pemberdayaan Ekonomi Umat Studi tentang Pemberdayaan Ekonomi Umat Tarekat Idrisiyah Pegeningan Tasikmalaya.โ Disertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Al Munawwar, Said Agil Husain. al Qurโan Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta Ciputat Press, 2004. Al Palimbani, Abdus Samad. Sair al Salikin ila Ibadat ar Rabbi al Alamin. Kairo 1953. Alfaiz. โSufism Approached in School Counseling Service An Analysis of Perspective Spiritual Counseling.โ Schoulid Indonesian Journal of School Counseling 2, no. 1 2017 1โ7. doi Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โฆ. 97 Al-Ghazali. Raudhah ath-Thalibin wa Umdat as-Salikin. Beirut Darul Qalam, Andrian, Restu. โModernisasi Tasawuf Dalam Pengembangan Pendidikan Karakter.โ Jurnal Mudarrisuna 9, no. 1 2019 36โ50. doi Arifin, Miftahul. Sufi Nusantara; Biografi, Karya Intelektual dan Pemikiran Tasawuf. Yogyakarta ar Ruzz Media, 2014. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta Rineka Cipta, 2002. Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tenggah Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII; Akar Pembaharuan Islam di Indonesia. Jakarta Prenada, 2004. Bruinessen, Martin van. Kitab Kuning, Pesantren, Dan Tarekat Tradisi-Tradisi Islam Di Indonesia. Bandung Mizan, 1995. โโโ. โTarekat dan Politik Amalan Untuk Dunia atau Akherat.โ Jurnal Pesantren 9, no. 1 1992 3โ4. Daudi, Abu Mualana Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari. Tuan Haji Besar. Martapura Sekretaris Madrasah Sulum al Ulum_Dalam Pagar, 1980. Elfrida, Nurul. โPola Komunikasi Antar Pribadi Di Kalangan Jamaah Tarekat Sammaniyah Menurut Al Qurโan Di Desa Teluk Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batu.โ Skripsi, UIN Sumatera Utara Medan, 2017. Gibb, Shorter Encyclopedia of Islam. Leiden E. J. Brill, 1974. Hemina. โEksistensi Ratib Samman Sebagai Kearifan Lokal Dalam Mempengaruhi Sosial Budaya Keberagaman Masyarakat Tanjang Pauh Pada Era Modern.โ Jurnal Islamika 6, no. 1 2016 5โ10. Hs, M. A. Achlami. โTasawuf Sosial Dan Solusi Krisis Moral, Ijtimaiyya.โ Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 8, no. 1 2015 90โ102. doi Dialogia, Vol. 18, No. 1, Juni 2020 98 Imron, Ali. โMuhammad Arkoun Sang Pemikir Islam Modernis Dan Tokoh-Tokoh Yang Mempengaruhinya.โ Jurnal IAIT Kediri 28, no. 2 2017 317โ332. doi Isa, Abdul Qadir. Hakikat Tasawuf. Translated by Khairul Amru and Afrizal Lubis. Jakarta Qisthi Press, 2005. Jannah, Raudatun. โPeran Tarekat Sammaniyah Dalam Perang Menteng Melawan Kolonial Belanda di Palembang.โ Medinate 13, no. 2 June 2017 119. Khoiruddin, M. Arif. โPeran Tasawuf Dalam Kehidupan Masyarakat Modern.โ Tribakti Jurnal Pemikiran Keislaman 27, no. 1 2016 113โ130. doi Kholis, Nur. โIslamic Universities Facing Disruptive Era Implication for Management Change.โ In Proceedings of the 19th Annual International Conference on Islamic Studies, AICIS 2019, 1-4 October 2019, Jakarta, Indonesia. Jakarta, Indonesia EAI, 2020. doi Maโarif, Muhammad Anas. โKonsep Pemikiran Pendidikan Toleransi Fethullah Gulen.โ Jurnal Pemikiran Keislaman 30, no. 2 July 6, 2019 295โ307. doi Mirhan, Mirhan. โKarisma KH Muhammad Zaini Abdul Ghani Dan Peran Sosialnya 1942-2005.โ Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin 12, no. 1 2016 59โ86. Mulyati, et al, Sri. Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia. Jakarta Prenada Media, 2005. Muthahhari, Ayatullah Murtadha. Dasar-dasar Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta Sadra Press, 2011. Muvid, Muhamad Basyrul. Strategi dan Metode Kaum Sufi Dalam Mendidik Jiwa. Kuningan Goresan Pena, 2019. Nashr, Seyyed Hossein. Ensiklopedia Tematis, Spiritualitas Islam; Manifestasi. Bandung Mizan, 2003. Nasution, Harun. Islam Rasional. Bandung Mizan, 1996. Nazir, Nazir. Metode Penelitian. Bogor Ghalia Indonesia, 2005. Muhamad Basyrul Muvid & Nur Kholis, Konsep Tarekat โฆ. 99 Niโam, Syamsun. Wasiat Tarekat Hadratus Syaikh Hasyim Asyโari. Yogyakarta ar Ruzz Media, 2016. Nuraida. โKonsep Tasawuf Syaikh Muhammad Arsyad al Banjari.โ Wardah 14, no. 30 2015 148โ151. Purwadaksi, Ahmad. Ratib Samman dan Hikayat Syaikh Muhammad Samman. Disertasi Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta, 1992. Putro, Suadi. Muhammad Arkoun Tentang Islam Dan Modernitas. Jakarta Paramadina, 1998. Rahman, Ahmad. Sastra Ilahi Ilham Sirriyah Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah. Cet. 1. Jakarta Hikmah, 2004. Ravico. โHubungan Sosial Politik Tarekat Sammaniyah Dengan Kesultanan Palembang Darussalam.โ Jurnal Islamika 18, no. 02 2018 23โ36. Saifuddin. Pemikiran Tasawuf Syaikh Arifin Sufi Tauhid Abad XXI. Jakarta Hijri Pustaka Utama, 2007. Saleh, Fauzan. Tarekat Sammaniyah di Bumi Serambi Mekkah. Banjarmasin Condes Kalimantan, 2010. Syukur, Amin. Tasawuf kontekstual Solusi problem manusia modern. Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2014. Syukur, M. Amin. Menggugat Tasawuf. Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1999. Yani, Zulkarnain. โTarekat sammaniyah di palembang.โ Tamaddun Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam 14, no. 1 2014 19โ38. Yulita, Mansur. โTarekat Khalwatiyah Syaikh Yusuf dan Tarekat Khalwatiyah Samman di Desa Kassi, Maros, Ujung Pandang.โ Skripsi, Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta, 1995. ... Secondly, Samaniyah Tariqa and its role form the social community Helmina 2016;Hidayat 2007;Jannah 2017;Muvid & Kholis 2020;Ravico 2018;Restia, Al-Kaf & Herwansyah 2020. Those research stresses that Samaniyah Tariqa has tight relation with the sociological condition of the society in educational processes, moral construction and political attitude of the society. ...Munir Munir Mailin Mailin MailinIdrus AlkafScholars have widely discussed the paradigm of integration of Islam and science. Still, a model of integration of Islam and science that uses the reasoning of Martabat Tujuh [seven grades] has not been found. Therefore, this study sought to investigate the manuscripts of Shaykh Abdussamad al-Palimbaniโs Martabat Tujuh in the integration of Islam and science. This study used a descriptive qualitative approach, and data collection techniques were documentation and interviews. This study found two spiritual reasons in the manuscript of Shaykh Abdussamad al-Palimbaniโs Martabat Tujuh tanazzul [move down] deductive reasoning and taraqqi [move up] inductive The article contributed to developing the integration of Islam and science in Indonesia. The manuscripts of Martabat Tujuh [seven grades] by Shaykh Abdussamad al-Palimbani offer the circular motion of Martabat Tujuh as a model for integrating knowledge. The circular motion model of Martabat Tujuh is expected to be used as a theoretical basis for applying knowledge integration at various Islamic universities in Indonesia.... However, fatwa issued by the bureaucratic clerics or the clerics at the top was able to determine right from wrong, and fatwas issued by them were authoritative, free from practical political interests, so that they deserved to be followed or did not give rise to authoritarianism. Coercion to include religious authority into the frame of political authority could make religion a political shield for power on the one hand, because it made religion legitimise authoritarian actions on the other hand Muvid & Kholis 2020. ...During the Palembang Sultanate, the Sammaniyah order was the official religion of the Palembang palace. Sammaniyah tariqa scholars were also made officials and advisers to the sultan. This article aims to discuss the power relations of the Palembang Sammaniyah ulama in terms of continuity and change in the regime of power. From the 19th to the 20th centuries, the Sammaniyah tariqa lived and developed under five regimes of power, namely the Sultanate of Palembang Darussalam, the Dutch colonists, the Japanese invaders, the Old Order and New Order. Palembang Sammaniyah tarekat scholars who are considered conservative kaum tuo have to deal with modern scholars kaum mudo because of the khilafiyah problem. As a result, there was a great shift by the Sammaniyah ulama in maintaining and developing the Sammaniyah order in Palembang. Firstly, the shift occurred in the role and function of the ulama of the tarekat, changing from religious leaders who teach Islamic religious knowledge to multifunctional scholars in dealing with modernism by utilising public space. Secondly, the charismatic nature of the Sammaniyah tarekat ulama formed the authority of the ulama so that the ulama could play a role in sociopolitical affairs in each power regime. Thirdly, contemporary tarekat scholars and Sammaniyah tarekat scholars who are considered conservative scholars could compete with mudo people who were considered religious reformers. Besides, the ongoing Islamisation challenged the Sammaniyah tariqa scholars in maintaining and developing the Sammaniyah tariqa. Contribution This research will contribute to determining the relationship between power and the existence of scholars. The question that the article tries to explore is how the identity and existence of the ulama could survive every change of power in Palembang. This article will discuss the changes in power that have occurred in each period that caused a change in mindset and a shift in the identity of the ulama. This study discusses the power relations of the Palembang Sammaniyah ulama in changing regimes of power and finds the fact that power can affect the Maliki Abitolkha Muhamad Basyrul MuvidMaulana Arafat LubisThe tarekat is not only understood as a spiritual-religious organization, but also a socio-political organization capable of contributing to the nation's sovereignty and independence. This research aims to find and analyze the process of revitalizing the national political values of the QadiriyahwaNaqsyabandiyah order. The method used is studying literature by digging into various references, documentation, and journals that correspond to the topic. From the literature, it was found that the QadiriyahwaNaqsyabandiyahtarekat successfully played its socio-political role to help the People and People of Indonesia get out of the difficulties, sufferings, and tribulations of colonialism. Because its role as social jam'iyah is minimal, so tarekat extends to the religio-political aspect. Then, the process of revitalizing the national political values of the Qadiriyah wa Naqsyabandiyah order can be seen from several steps through the role of the elite of the order, through the religio-political system, relations with political parties, through the synergy between the encouragement of Islamic teachings, the motivation of individuals and groups, and interaction with the outside world, through the function of the order as a religious and social institution. ุงูู
ูุฎุต ููุง ููููู
ุงูุฃู
ุฑ ุนูู ุฃูู ู
ูุธู
ุฉ ุฏูููุฉ ุฑูุญูุฉ ูุญุณุจุ ุจู ูู ู
ูุธู
ุฉ ุงุฌุชู
ุงุนูุฉ ูุณูุงุณูุฉ ูุงุฏุฑุฉ ุนูู ุงูู
ุณุงูู
ุฉ ูู ุณูุงุฏุฉ ุงูุฃู
ุฉ ูุงุณุชููุงููุง. ูุงูุบุฑุถ ู
ู ูุฐุง ุงูุจุญุซ ูู ุฅูุฌุงุฏ ูุชุญููู ุนู
ููุฉ ุชูุดูุท ุงูููู
ุงูุณูุงุณูุฉ ุงููุทููุฉ ููุฑูุจุงููุฉ ุงููุงุฏุฑูุฉ ูุงูููุดุจูุฏูุฉ. ุงูุทุฑููุฉ ุงูู
ุณุชุฎุฏู
ุฉ ูู ุฏุฑุงุณุฉ ุงูุฃุฏุจ ู
ู ุฎูุงู ุงูุจุญุซ ูู ู
ุฑุงุฌุน ููุซุงุฆู ูู
ุฌูุงุช ู
ุฎุชููุฉ ุชุชูุงูู ู
ุน ุงูู
ูุถูุน. ููุงูุช ุงููุชูุฌุฉ ุฃู ูุงู
ุช ุฑูุจุงููุฉ ุงููุงุฏุฑูุฉ ูุงูููุดุจูุฏูุฉ ุจูุฌุงุญ ุจุฏูุฑูุง ุงูุงุฌุชู
ุงุนู - ุงูุณูุงุณู ูู
ุณุงุนุฏุฉ ุดุนุจ ูุดุนุจ ุฅูุฏูููุณูุง ุนูู ุงูุฎุฑูุฌ ู
ู ุงูุตุนูุจุงุช ูุงูู
ุนุงูุงุฉ ูุงูู
ุญู ุงูุชู ูุนุงูู ู
ููุง ุงูุงุณุชุนู
ุงุฑ. ุฏูุฑ ุงูุฌุงู
ูุฉ ุงูุงุฌุชู
ุงุนูุฉ ุงูุฏูููุฉ ู
ุญุฏูุฏ ุฌุฏุงูุ ูุฐูู ูู
ุชุฏ ุฅูู ุงูุฌุงูุจ ุงูุชุฏููู ูุงูุณูุงุณู. ุซู
ูู
ูู ุฑุคูุฉ ุนู
ููุฉ ุชูุดูุท ุงูููู
ุงูุณูุงุณูุฉ ุงููุทููุฉ ููุฑูุจุงููุฉ ุงููุงุฏุฑูุฉ ูุงูููุดุจูุฏูุฉ ู
ู ุนุฏุฉ ุฎุทูุงุช ู
ู ุฎูุงู ุฏูุฑ ูุฎุจุฉ ุงููุธุงู
ุ ู
ู ุฎูุงู ุงููุธุงู
ุงูุชุฏููู - ุงูุณูุงุณูุ ูุงูุนูุงูุงุช ู
ุน ุงูุฃุญุฒุงุจ ุงูุณูุงุณูุฉุ ู
ู ุฎูุงู ุงูุชุขุฒุฑ ุจูู ุชุดุฌูุน ุงูุชุนุงููู
ุงูุฅุณูุงู
ูุฉุ ูุฏูุงูุน ุงูุฃูุฑุงุฏ ูุงูุฌู
ุงุนุงุชุ ูุงูุชูุงุนู ู
ุน ุงูุนุงูู
ุงูุฎุงุฑุฌูุ ู
ู ุฎูุงู ูุธููุฉ ุงููุธุงู
ูู
ุคุณุณุฉ ุฏูููุฉ ูุงุฌุชู
ุงุนูุฉ. AbstrakTarekat tidak hanya dipahami sebagai organisasi keagamaan spiritual, semata, namunia sebagai organisasi social politik yang mampu memberikan kontribusi terhadap kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Tujuan penelitian ini ingin menemukan dan menganalisis proses revitalisasi nilai-nilai politik kebangsaan tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Metode yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan menggali berbagai referensi, dokumentasi, dan jurnal-jurnal yang sesuai dengan topik. Hasil yang ditemukan ialah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah berhasil memainkan peran sosial politiknya untuk membantu masyarakat dan bangsa Indonesia keluar dari kesulitan, penderitaan dan kesengsaraan akibat penjajahan. Peran sebagai jamโiyah social keagamaan sangat terbatas, sehingga diperluas kepada aspek religio-politik. Kemudian, proses revitalisasi nilai-nilai politik kebangsaan tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dapat dilihat dari beberapa langkah melalui peranan elit tarekat, melalui system religio-politik, relasi dengan partai politik, melalui sinergitas antara dorongan ajaran Islam, motivasi individu dan kelompok, dan interaksi dengan dunia luar, melalui fungsi tarekat sebagai lembaga keagamaan dan sosial. Zulkarnain YaniThis paper describes the study of the history and development of the Sammaniyah tarekat, that appear in Palembang, accompanied by the leader of Sammaniyah in Palembang. This study is interesting in view of the lack of accurate and valid references on the development of the Sammaniyah in Palembang. It is brought by one of the famous scholars Palembang, namely Shaykh 'Abd al-Samad al-Jawi al-Falimbani. The tarekat is becoming very famous in Palembang people with various religious rituals, which are performed at the Great Mosque in Palembang and religious social life of everyday people of Palembang. A. Pendahuluan Ajaran Islam berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pemikiran penganutnya. Perkembangan ini mengarah pada keluasan dan kerincian substansi ajarannya, sehingga terasa lebih spesifik dan lebih mudah diterima serta diamalkan. Hal ini terjadi hampir pada semua aspek ajarannya, termasuk dalam kehidupan kerohanian yang terkenal dengan tarekat. Jalan kerohanian dalam dunia tarekat meliputi zikir yang terus menerus dan menghindarkan diri dari sesuatu yang melupakan Tuhan. Dalam hal ini, Harun Nasution mengatakan bahwa jalan kerohanian dalam tarekat adalah bagaimana seseorang berada sedekat mungkin dengan Tuhan. 1 Sehingga, tarekat merupakan jalan spiritual bagi seseorang yang di dalamnya berisi amalan ibadah dan lainya dengan menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya disertai dengan penghayatan yang mendalam. Ketika berbicara tentang tarekat maka persoalan mengenai tasawuf akan ikut dibahas, hal ini dikarenakan antara tarekat dan tasawuf saling berhubungan 1 Harun Nasution, Filsafat dan Mistisime dalam Islam, cetakan III, Jakarta Bulan Bintang, 1983, h. 63. Nur KholisNew disruptive online-based innovations have shaken and even replaced many incumbent business practices. They also disrupted many university operations and their effects would be stronger in the future. This conceptual paper aims at discussing ideas that Islamic universities in Indonesia may use for their survival and continuous development in the era of disruption. This study uses extant literature pertaining to the topic studied. Data were analyzed inductively to present synthesized information regarding the strategies useful for Islamic universities in facing disruptive era. The study concludes that Islamic universities should undergo fundamental changes in order to meet the requirement of a disruptive era. This includes, first, a paradigm shift in the system operation from hierarchical and rigid systems to agile, adaptive, and innovative systems. Second, the expansion and diversity of program offerings based on ICT should be afforded. Third, the curriculum model should seek to build a proper human value balancing hard and soft skills. Fourth, the learning model should be shifted from 'productive' to 'generative' one. Fifth, for achieving generative learning, student-centered learning approaches, problem-based learning should be implemented. A further empirical study is needed to map out the readiness of Islamic universities in adapting to the era of Anas Ma'arifThe purpose of writing this article is to explain the concepts, thoughts and application of education according to Gulen. Such as the integration of Islam and science, the internalization of love and tolerance, modern tasawuf, the golden generation, Islam rahmatan lil alamin and human services with hizmet. This paper uses the library research method by collecting books, journal articles, original web and writings that are relevant to the themes discussed. Finding Fethullah Gulen is an influential figure in the world of education as evidenced by schools managed by Gulen Movement established in 130 countries. Gulen applies hizmet as a missionary service to serve people who are engaged in the world of education. Modern sufist education models that integrate esoteric aspects and exoteric aspects. Teaches love in education, tolerance by dialogue and integrating Islam and science as a whole. All of them are to form a golden generation that is able to answer the changing times and become a man of love and a harmonious AndrianSufism is a science that examines the process of beautifying morals in the form of birth and purification of the soul spiritually to achieve happiness in the world and the hereafter. In the context of broader modernism, Sufism is also associated with psychology and other general sciences. This phenomenon illustrates that Sufism can be interpreted comprehensively with various approaches which will then produce various kinds of innovations in the development of knowledge, including education. Sufism can be applied and applied through a character education approach that emphasizes value planting. The dynamics of modern life grow along with human needs that continue to grow. The need that continues to grow will then backfire for humans and their groups if they are not able to be packaged in a useful context. The problems of modern life can be packaged in Sufism scholarship that has been modernized in character education. Ravico RavicoThe Sammaniyah Order was the largest in the archipelago and became the driver of jihad fi sabilillah against the Dutch colonial. The involvement of the Sammaniyah Congregation in the political world has denied various views that claim the tarekat as the bearer of setbacks and chaos. This reason is the basis of this tarekat and political study. To find answers to the grand problem of the relationship between the Sammaniyah Congregation and the Palembang Darussalam Sultanate, historical research methods are used with steps such as heuristics, verification, interpretation and historiography. This study can conclude that between the Sammaniyah Congregation and the Palembang Darussalam Sultanate had a very close relationship the Palembang Darussalam Sultanate was the protector of the congregation in the sultanate region so that the religious system in Palembang would continue, while the Sammaniyah Congregation as the community elite became a driver of Islamic practice. Alfaiz AlfaizThis article will provide a new paradigm of thinking and practical in counseling, it based on the needs of counseling services that have been merely empirical and determinist counseling that still do not have a good influence in helping to solve problems that occur on social, cultural, political and education phenomena in this time. Moreover, when the government provides a new curriculum 2013 that lead to the formation of character like a soft skill competencies, which is very important at this time. With a variety of social and educational problems has pushed a writer to provide a new thinking and practical in counseling with a Sufism mysticism approached in counseling. In this case, the approach is to have a client through a station process levels/maqam into enlighten character and mind. Therefore, this article will discuss a Sufism approached mysticism in the process of counseling services as spiritual JannahThe background was the involvement of the Sammaniyah order in the Menteng war in 1816, indicating the political role played by the Sammaniyah order. Theologically the tarekat is a group that tries to distance itself from world affairs, while the Sammaniyah order participates in the political arena of the Palembang Sultanate. In writing this study using the method of historical research with the stages. This study is a library research library research using descriptive analysis. From the results of the analysis it is known that the Sammaniyah congregation at the level of society in the Sultanate of Palembang is a group of religious elites, who are capable of fostering, guiding their followers towards the path of Allah. . The Sammaniyah Order brought by Shaykh Abdul Shamad al-Palembani had a major influence and an important role in the efforts of politics against the Dutch colonialism with the teachings of jihad fi sabilillah. The role of a central figure in this case is Haji Zain who has charisma so easily invites his followers to fight colonialism. Not only as a religious leader in the Sammaniyah order, Haji Zain in the Menteng war had a role as warlord. M. Arif KhoiruddinKehidupan masyarakat saat ini nampak tumbuh dan berkembang sifat-sifat materialistik dan hedonisme, gejala ini ditandai dengan menjadikan materi sebagai tolak ukur untuk mencapai kesuksesan dan kebahagian. Masyarakat berlomba-lomba mencari dan mendapatkan materi sebanyak-banyaknya. Dorongan seperti ini berdampak kecenderungan masyarakat bertindak tanpa kontrol demi mendapatkan apa yang diinginkan dengan menghalalkan segala cara tanpa memperdulikan sesama, hilangnya kepedulian sosial, kecenderungan individualistis, materialistis, kapitalis dan hedonis. Tasawuf dalam kehidupan sosial mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menuntaskan permasalahan dan penyakit sosial yang ada, amalan yang terdapat dalam ajaran tasawuf akan membimbing seseorang dalam mengarungi kehidupan dunia menjadi manusia yang arif, bijaksana dan profesional dalam kehidupan bermasyarakat dan memberikan nilai-nilai spiritual dan sosial yang jelas. Bentuk ajaran yang ditawarkan untuk membersikan jiwa dan penyakit sosial tersebut dalam ajaran tasawuf dapat dilakukan dengan melalui tiga tahapan yaitu Takhalli membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, dari maksiat lahir dan maksiat batin yang mengotori hati manusia seperti iri dan dengki, buruk sangka, sombong, membanggakan diri, pamer, pemarah dan sifat-sifat tercelah yang lain. Tahalli mensucikan atau menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, dengan taโat lahir dan taat batin. Tajalli terungkapnya nur ghaib untuk hati. Ali Ali ImronArtikel ini membahas tentang pemikiran Arkoun yang menyarankan umat Islam agar menghilangkan atau membebaskan diri dari dogmatis dan menggantinya dengan pemahaman yang obyektif tanpa adanya kesalahpahaman dan unsur kepentingan. Dalam menghadapi sikap kontemporer Arkoun dihadapkan pada tradisi dan budaya dalam hal ini kami berpendapat bahwa tradisi yang dimaksud adalah kami istilahkan dengan pra tradisi dan pasca tradisi, artinya adalah keadaan dimana waktu yang sebelum dan sesudah turunnya wahyu atau ayat dan keadaan dimana peradaban mulai berkembang. Modernitas cenderung menolak dua tradisi diatas walaupun pada kenyataannya tiga peradaban ini saling berinteraksi sesuai dengan lingkungan sosial budaya dan historis, adanya perubahan prinsip dalam pemikiran atau bidang-bidang kehidupan yang lain. Dari itu semua ada dua sisi dalam melihat modernitas baik didunia Islam maupun barat a. Kutub klasik kuno dan tradisional. b Masa depan yang penuh dengan inofatif dan berorientasi serta bercakrawala luas, dua sisi inilah yang akan saling berhubungan antara tradisi dan modern. Masuknya modernitas ke dunia Islam melalui proses yang disebut dengan pemaksaan atau serbuan ataupun dengan bahasa kami yaitu pemaksaan yang positif terhadap suatu budaya dan peradaban melalui kekerasan yang bersifat militer.
LafadzDzikir Nasyid sendiri berbunyi, "Lailahailallah dan Allah Hu". Jemaah secara teratur menggerak-gerakan kepala mereka ke kanan dan ke kiri diiringi syair. Inilah warisan tarekat Sammaniyah yang dibawakan Abah Guru Sekumpul semasa hidup. Yang dibumikan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datuk Kelampayan di Tanah Banjar.
๏ปฟJAKARTA - Guru Sekumpul juga piawai menulis. Beberapa karyanya ditulis dengan memakai aksara Arab Melayu. Untuk menyebutkan sejumlah buah tangannya, yakni 1 Manaqib Wali Allah Taโala Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Qadiry al-Hasani as-Samman al-Madani; 2 Al-Risalah al-Nuraniyyah fi Syarhi al-Tawassulat al-Sammaniyah; dan 3 Al-Imdad fi Aurad Ahl al-Widad. Selain itu, dia juga mengajarkan buku-buku yang ditulis para pengarang dari beragam fokus keilmuan Islam. Sebut saja Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali, Kitab Sifat 20 karya Utsman bin Abdullah bin al-Alawi, Al-โlmu An-Nabras fi at-Tanbih โAla Manhaj al-Akyasi karangan Sayyid Abdullah bin Alawi bin Hasan Al-Athas; serta Tanbih al-Mughtarin oleh Abdul Wahab Asy-Sya'rani. Melalui buku yang tersebut belakangan itu, Guru Sekumpul mengajarkan pentingnya meniru akhlak generasi emas yang dekat dengan zaman Rasulullah SAW. Di antaranya adalah keteguhan meyakini Alquran dan Sunnah, baik dalam perkataan maupun perbuatan; berserah diri kepada Allah; serta ikhlas dalam berilmu dan beramal. Hal lain yang dianjurkannya adalah tekad untuk berhijrah kepada kondisi yang lebih baik; meninggalkan perbuatan munafik karena Allah; bersabar atas ujian; bersemangat ibadah; sedikit tertawa dan sering-sering mengingat kematian dzikrul maut; banyak takut kepada Allah; merenungi makna kematian; serta berhati-hati wara terhadap dunia dan syahwat. Di Kalimantan Selatan, Guru Sekumpul masyhur sebagai pengajar tarekat Sammaniyah. Aliran salik ini didirikan Muhammad bin Abdul Karim, sosok dari awal abad ke-18 yang lahir di Madinah. Beberapa sumber menyebutkan, tokoh yang membawa tarekat ini ke Banjar adalah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, kendati itu bukan satu-satunya tarekat yang diperkenalkannya kepada masyarakat setempat. Salah satu fokus dalam aliran ini adalah pentingnya berzikir kepada Allah. Di Martapura dan sekitarnya, Guru Sekumpul mengajarkan tarekat Sammaniyah kepada para muridnya, setidaknya mulai semarak sejak 1994. Sanad yang disambungkan dia berasal pula dari Syekh Muhammad Arsyad disarikan Ahmad Zakki Mubarak, Guru Sekumpul memiliki sejumlah pengikut dalam kajian tarekat ini. Di antaranya adalah KH M Syukeri Unus Amuntai, KH Sofyan Noor bin H Ahmad Sya'rani, KH Syamsuri bin H Muhrid, dan KH Munawar Gazali. Sejak 1970-an, pengajian-pengajian yang digelar Guru Sekumpul memang menjabarkan tarekat Sammaniyah. Kegiatan ini dilaksanakan setiap pagi Rabu, Kamis dan Ahad, serta pada malam Rabu, Sabtu dan Minggu. Para pesertanya dapat mencapai jumlah 2000 orang. Mereka kebanyakan terdiri atas laki-laki dan sisanya perempuan pada malam Rabu ketika pengajian khusus kaum hawa dihelat. Masih menurut riset Mubarak, para pengikut tarekat Sammaniyah di pengajian Guru Sekumpul mengaku terinsipirasi. Mereka menyebutkan, ajaran-ajaran sang guru dapat memberikan kesadaran diri serta menambah kecintaan terhadap ilmu-ilmu agama. Pengajian ini juga menjadi wahana untuk mengembangkan ajaran Islam di tengah masyarakat, khususnya Kalimantan Selatan. Materi-materi yang disampaikan berkaitan dengan persoalan kehidupan masyarakat sehari-hari, termasuk di antaranya ihwal akidah, tauhid, fiqih, akhlak, tasawuf, dan tafsir. sumber Pusat Data RepublikaBACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
Zuriatbeliau yang sekarang aktif mengembangkan tarekat Sammaniyah adalah "Guru Sekumpul" (Syekh H.M. Zaini Abdul Ghani), yang belajar dari keturunan beliau yang lain, yakni "Guru Bangil" (al-Allamah K.H. Syarwani Abdan) hingga pada saat sekarang ini perkembangan tarekat Sammaniyah semakin luas.
SeputarKajian Ceramah Agama dan wawasan menamabah ilmu,Jangan lupa Tekan Tombol Subscribe ๐ dan Like ๐ dan Mohon dukungannya untuk memajukan dan mengemban
Abahguru sekumpul _ Tentang Thariqat Sammaniah bagian ke 2.mp4
a1ct. g7ynjn2z6s.pages.dev/278g7ynjn2z6s.pages.dev/471g7ynjn2z6s.pages.dev/457g7ynjn2z6s.pages.dev/341g7ynjn2z6s.pages.dev/77g7ynjn2z6s.pages.dev/228g7ynjn2z6s.pages.dev/531g7ynjn2z6s.pages.dev/485
dzikir tarekat sammaniyah guru sekumpul