LaaMaujuda Illallah (paling tidak artinya begini : Tidak ada yang wujud kecuali Allah) Martabat Tujuh: 1. Ahadiyah 2. Wahdat 3. Wahidiyat 4. Alam Arwah 5. Alam Mitsal 6. Alam Ajsam La Maujuda Illa Allah 1. Merupakan hakekat Dzat mutlak yang kadim. Artinya; hakekat Dzat yang lebih dulu, yaitu Dzatullah, yang menjadi wahana alam Ahadiyat
Ilustrasi tulisan Arab lailahaillallah dan artinya, sumber Gambar oleh Darwis Alwan dari PixabayLailahaillallah merupakan kalimat yang sangat bermakna bagi umat Islam karena merupakan bagian dari kalimat syahadat. Syahadat merupakan rukun Islam yang pertama bagi umat Islam. Jika ada seseorang yang ingin masuk Islam, wajib mengucapkan kalimat syahadat secara lisan dan mengimaninya dengan sepenuh hati. Apa Anda sudah tahu tulisan Arab lailahaillallah dan artinya yang benar? Tulisan Arab LailahaillallahIlustrasi tulisan Arab lailahaillallah dan artinya, sumber Gambar oleh İbrahim Mücahit Yıldız dari PixabayBerikut adalah tulisan Arab lailahaillallahArtinya "Tiada Tuhan Selain Allah"Kalimat lailahaillallah tersusun dari tiga huruf yaitu alif, lam, dan ha serta tediri dari empat kata berikut iniLaa لآُ berarti menafikan, yakni meniadakan semua jenis إِلَهَ berarti sesuatu yang إِلاَّ berarti الله maksudnya bahwa Allah adalah ilaah/sesembahan yang Kalimat Lailahaillallah Bagi Umat IslamDikutip dari buku Safinah Simple Series, Zackiyah Ahmad 2021 39 dijelaskan bahwa kalimat lailahaillallah yang memiliki arti tiada Tuhan melainkan Allah SWT. Kalimat Lailahaillallah merupakan kalimat yang menjadi asas dari lima rukun Islam dan juga sebagai inti dan seluruh landasan ajaran agama. Sejumlah Nas Nabawi menunjukkan keutamaan empat kalimat yaitu subhanallah, alhamdulillah, lailahaillallah dan alllahu keempat kalimat tersebut kalimat lailahaillallah merupakan kalimat paling utama di antara kalimat tesebut. Dengan kalimat itu pula manusia terbagi menjadi mukmin dan kafir. Orang-orang bahagia terbagi menjadi penghuni surga dan orang-orang sengsara penguin neraka. Keutamaan kalimat lailahaillallah juga disebutkan di dalam Al-Quran dan merupakan dakwah SWT berfirman di dalam Al-Quran yaitu surat Az-Zukhruf ayat 26 – 28 yang artinya "Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah, kecuali kamu menyembah Allah yang menciptakanku; karena sungguh, Dia akan memberi petunjuk kepadaku." Dan Ibrahim menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya agar mereka kembali kepada kalimat tauhid itu."Dengan penjelasan di atas, sudah tahu dan paham ya bagaimana tulisan Arab lailahaillallah dan artinya yang benar serta bermakna bagi umat Islam. WWN
Kalimatlaa maujuda illallah dapat dipahami dalam dua pengertian: Pertama , Yusuf Khaththar Muhammad dalam Mausu'ah al-Yusufiyyah menjelaskan, makna kalimat di atas adalah: " Laa maujuda qaimun binafsihi illa Hua Ta'ala wa ma siwahu qaimun bi ghairih " (Tidak ada yang wujud secara independen kecuali Dia Yang Maha Tinggi, sedangkan selain diri-Nya wujudnya membutuhkan yang lain).
Kita memuja dan memuji Allah, Dzat Pemberi berbagai ni’mat terutama ni’mat islam, iman dan sunnah. Tak lupa kita bershalawat dan salam atas kekasih Allah, Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarga dan para shahabat serta orang-orang yang senantiasa setia menempuh jalan petunjuk beliau hingga hari asing bagi kita Syahadat laa ilaha illah ini. Karena kita senantiasa membacanya dalam sholat, tepatnya ketika tasyahud. Ia merupakan salah satu dari rangkaian dua kalimat syahadat yaitu syahaadatu an laa ilaha illallah dan syahaadatu anna muhammadar rasulullah yang dengan mengikrarkannya seorang yang kafir menjadi muslim. Syahadat ini disebut Syahadat Tauhid, karena mengandung pentauhidan Allah Jalla wa Ala dalam pentingnya syahadat ini, sehingga ia menjadi bagian terpenting dari rukun islam yang pertama. Hal ini berdasarkan hadits dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu alahi wa sallam bersabda yang artinya ”Islam dibangun atas lima perkara; 1 Syahadat laa ilaha illallah dan Muhammadur rasulullah, 2 Mendirikan sholat, 3 Menunaikan Zakat, 4 Berhaji ke Baitullah, dan 5 Puasa di bulan Ramadhan.” HR. Bukhari dan Muslim.Oleh sebab itu, sudah selayaknya bagi seorang muslim untuk memahami kandungan makna, rukun, syarat dan konsekuensi tuntutan syahadat Syahadat Laa ilaha illallah Maknanya adalah meyakini dan mengikrarkan bahwa tiada sesuatupun yang berhak diibadahi kecuali Allah Ta’ala dengan tetap teguh di dalamnya dan melaksanakan makna Laa ilaha illallah adalah Laa ma’buda bi haqqin illallah yaitu Tiada sesembahan yang haq berhak disembah melainkan Allah. Inilah makna Laa ilaha illallah yang ini akan disebutkan makna-makna yang keliru ketika menafsirkan Laa ilaha Laa ilaha illallah ditafsirkan dengan Laa ma’buda illallah, maknanya Tiada sesembahan selain Allah. Ini makna yang berkonsekuensi batil, karena mengandung makna bahwa setiap sesembahan, baik yang haq maupun yang batil adalah Laa ilaha illallah ditafsirkan dengan Laa kholiqo illallah, yang bermakna Tiada pencipta selain Allah. Ini makna yang kurang, karena hanya mengandung sebagian dari kandungan makna Laa ilaha illallah yaitu tauhid rububiyah sementara kandungan makna kalimat Laa ilaha illallah ini adalah tauhid ibadah yang mencakup tauhid rububiyah. .Andaikan benar makna Laa ilaha illallah ditafsirkan dengan Laa kholiqo illallah Tiada pencipta selain Allah, maka tentulah Iblis laknatullah alaihi dan orang-orang kafir di masa Rasulullah Shallallahu alahi wa sallam termasuk muslim, karena mereka mengakui bahwa Allah Sang Pencipta, Penguasa, Pemilik dan Pemelihara alam jagad raya. Allah ta’ala mengabadikan perkataan Iblis dalam Al-Quran yang artinya “Iblis berkata,”Aku lebih baik daripada diaAdam. Engkau ciptakan aku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” QS. Al-A’raf12. Dan Allah Ta’ala menyatakan keyakinan orang kafir di masa Nabi kita dengan firman-Nya yang artinya “Katakanlah wahai Muhammad kepada orang kafir, milik siapakah bumi dan apa yang ada di dalamnya, jika kamu mengetahui?84 Mereka akan menjawab”Milik Allah.” Katakanlah,”Maka apakah kamu tidak ingat?”85. Katakanlah ”Siapakah Tuhan Pencipta dan Pemelihara langit yang tujuh dan Tuhan arasy yang agung?” 86 Pasti mereka menjawab”Allah”. Katakanlah kepada mereka mengapa kamu tidak bertaqwa?” pula, andaikata tafsir tersebut benar, tentulah orang-orang kafir Quraisy dan yang semisal mereka akan menerima dakwah Nabi Shallallahu alahi wa sallam . Namun nyatanya tatkala Rasulullah Shallallahu alahi wa sallam menyeru mereka “Ucapkanlah Laa ilaha illallah, niscaya kalian akan beruntung di dunia dan akhirat” dan lainnya, mereka pun lantas membantah dengan ucapan mereka yang diabadikan Allah Ta’ala dalam firman-Nya “Apakah dia menjadikan sesembahan-sesembahan itu hanya satu sesembahan Allah saja?! Sungguh ini sesuatu yang aneh.” QS. Shad5.3- Laa ilaha illallah ditafsirkan dengan Laa hakima illallah yaitu Tiada hakim Pembuat hukum kecuali Allah. Makna ini pun kurang tepat dan tidak sempurna, karena masih saja mengandung sebagian dari kandungan makna Laa ilaha illallah yaitu tauhid rububiyah. Jelasnya, jika seseorang mentauhidkan Allah dalam hukum, namun bersamaan dengan itu dia beribadah kepada selain Allah, maka tetap saja dia belum merealisasikan tuntutan kalimat tauhid yang benar dari tafsir Laa ilaha illallah adalah Laa ma’buda bi haqqin illallah yaitu Tiada sesembahan yang haq berhak disembah melainkan Allah. Hal ini berdasarkan Al-Quran surah Shad ayat 5 dan hadits riwayat Ahmad di atas, di mana orang-orang kafir di masa Rasulullah Shallallahu alahi wa sallam mengingkari dakwah beliau untuk mentauhidkan Allah menjadikan Allah satu-satunya Dzat yang disembah dengan ucapan mereka; “Apakah dia menjadikan sesembahan-sesembahan itu hanya satu sesembahan Allah saja?! Sungguh ini sesuatu yang aneh.”Rukun Syahadat Laa ilaha illallah Laa ilaha illallah memiliki 2 rukun yaitu An-Nafyu penafian/peniadaan dan Al-Itsbat penetapan. Kedua rukun ini diambil dari 2 penggalan kalimat tauhid Laa ilaha dan illallah. Rinciannya sebagai berikut-Laa ilaha = An-Nafyu, yaitu meniadakan dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan serta mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allah Ta’ = Al-Itsbat, yaitu menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah dan diibadahi melainkan Allah serta beramal dengan landasan ayat-ayat Al-Quran yang mencerminkan 2 rukun ini. Diantaranya adalah firman Allah Ta’ala yang artinya “Maka barangsiapa yang mengingkari Thoghut sesembahan selain Allah dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang dengan tali yang sangat kuat kalimat Laa ilaha illallah.” Thoghut sesembahan selain Allah” adalah cerminan dari rukun An-Nafyu Laa ilaha, sementara “Beriman kepada Allah” adalah cerminan dari rukun Al-Itsbat illallah.Syarat Syahadat Laa ilaha illallah Syarat-syarat ini harus dipenuhi oleh orang yang melafalkan kalimat tauhid ini agar berfaedah baginya, yaitu sebagai berikut1- Berilmu dan memahami kandungan makna dan rukun syahadat ini sehingga hilang kebodohan terhadap kandungan makna dan rukun kalimat ini. Rasulullah Shallallahu alahi wa sallam bersabda yang artinya“Barangsiapa yang mati dalam keadaan ia mengetahui kandungan makna laa ilaha illallah’ bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah, pasti masuk surga HR. Muslim.2- Meyakini segala yang ditunjukkan oleh kalimat ini tanpa ada keraguan sedikitpun. Allah Ta’ala berfirman yang artinya”Sesungguhnya orang mukmin itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu”. QS. Al-Hujurat15.3- Menerima konsekuensi tuntutan kalimat ini berupa beribadah hanya kepada Allah semata dan meninggalkan beribadah kepada selain-Nya tanpa adanya penolakan yang didasari keengganan, pembangkangan,dan kesombongan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya”Sesungguhnya mereka orang-orang kafir apabila diucapkan kepada mereka “laa ilaha illallah Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah maka merekapun menyombongkan diri35. Dan mereka berkata,“Apakah kita akan meninggalkan sesembahan-sesembahan kita karena penyair yang gila”.QS. Ash-Shaffat35-36.4- Tunduk dan berserah diri terhadap segala tuntutan kalimat ini tanpa mengabaikannya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya”Dan barangsiapa yang berserah diri kepada Allah dalam keadaan berbuat kebajikan, maka sungguh dia telah berpegang dengan tali yang sangat kuat kalimat Laa ilaha illallah.” 5- Jujur dalam mengucapkan kalimat ini dengan disertai hati yang membenarkannya. Jika seseorang mengucapkan kalimat ini namun hatinya mengingkari dan mendustai nya, maka dia orang munafik tulen. Allah Ta’ala berfirman yang artinya”Dan diantara manusia ada yang mengucapkan,”Kami beriman kepada Allah dan hari akhir”, padahal mereka tidak beriman8. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beiman. Tidaklah mereka menipu kecuali diri mereka sendiri sementara mereka tidak meyadari9. Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakit mereka. Dan mereka mendapat azab yang pedih karena kedustaan yang mereka lakukan. QS. Al-Baqarah8-10.6- Ikhlas dalam mengucapkannya dan memurnikan amal dari segala kotoran syirik, bukan karena riya, atau untuk ketenaran, maupun tujuan-tujuan duniawi. Rasulullah Shallallahu alahi wa sallam bersabda yang artinya“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan”laa ilaha illallah” dengan tujuan mengharap wajah Allah.”HR. Bukhari dan Muslim7- Mencintai kalimat ini dan segala tuntutannya serta mencintai orang yang melaksanakan tuntutannya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya”Dan diantara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan yang mereka mencintainya seperti mencintai Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.”QS. Al-Baqarah165. Orang –orang yang benar dalam imannya mencintai Allah dengan cinta yang tulus dan murni. Adapun para pelaku kesyirikan memiliki cinta ganda. Mereka mencintai Allah sekaligus mencintai Syahadat Laa ilaha illallah Konsekuensi tuntutan syahadat ini adalah meninggalkan peribadatan dan penyembahan kepada selain Allah Ta’ ini,banyak orang yang megucapkan kalimat ini namun menyalahi tuntutannya. Mereka menujukan ibadah beribadah atau memberikan persembahan kepada makhluk, seperti menyembelih dan bernadzar untuk kuburan dan penghuninya, meletakkan sesajian sebagai tumbal di tempat-tempat keramat dan angker, di sekitar pepohonan, dan bebatuan, serta bentuk-bentuk persembahan lainnya. Mereka menyakini tauhid sebagai hal yang baru dan mereka juga mencela orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata. Mereka juga mengingkari serta memusuhi orang-orang yang mendakwahi mereka, padahal ajakan dan dakwah yang dilakukan orang-orang tersebut adalah sebagai wujud kecintaan, perhatian dan kepedulian serta keprihatinan mereka terhadap saudara seagama mereka. Mereka tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa saudaranya disebabkan ketidaktahuan saudaranya tersebut terhadap sesuatu yang berbahaya bagi mereka. Untuk itu,-dengan didasari kecintaan- mereka bangkit mengingatkan saudara-saudara seagama mereka dari bahaya-bahaya yang bisa menimpa. Sikap mereka ini merupakan bentuk implementasi dari sabda Nabi Muhammad Shallallahu alahi wa sallam yang maknanya “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” HR. Bukhari dan Muslim.Dan akhirnya, semoga Allah ta’ala menjadikan kita umat yang bersatu dan bersaudara di atas agama tauhid ini. Wa shollallohu alaa nabiyyinaa Muhammad wa alaa aalihi wa ashhaabihi ajma’iin. Penulis Abdullah Mahasiswa Ma’had Ali Al-Imam Asy-Syafii JemberArtikel
TulisanArab La Haula Wala Quwwata Illa Billahil Aliyil Adzim Lengkap Dengan Artinya. Bacaan la haula wala quwwata illa billahil aliyil adzim merupakan salah satu amalan yang banyak dikerjakan oleh umat Muslim. Bacaan ini memiliki keutamaan sebagai bacaan yang dapat menenangkan hati khususnya saat kita merasa tertekan.
Dalam pengkajian kitab-kitab lama Tua seperti pada Kitab Syarah Hikam Ibni Athoillah As-Sakandari, Kitab Manhal-Shofi, Kitab Addurul-Nafs dll menggunakan istilah-istilah seperti BINASA’ dan HAPUS’ untuk mengungkapkan tentang maksud/ pengertian lain yang banyak menggabungkan beberapa disiplin ilmu lain seperti falsafah menggunakan istilah-istilah seperti LEBUR’, LARUT’, TENGGELAM’ dan LENYAP’ dalam usaha mereka untuk menjelaskan sesuatu tentang hal’ atau maqam’ FANA dalam Kitab Arrisalah al-Qusyairiah disebutkan arti FANA' ialah Lenyapnya sifat-sifat basyariah pancainderaMaka siapa saja yang telah diliputi Hakikat Ketuhanan sehingga ia tidak lagi melihat pada Alam baru, Alam rupa dan Alam wujud diri ini, maka ia dikatakan telah FANA' dari Alam berarti hilangnya sifat-sifat buruk maksiat lahir dan maksiat batin dan kekalnya sifat-sifat terpuji mahmudah.FANA' itu lenyap segala-galanya,lenyap Af’alnya/perbuatannya Fanun Fil Af’al,lenyap Sifatnya Fanun Fis-Sifat,lenyap Dirinya Fanun Fiz-DzatOleh karena itulah ada kalangan ahli-ahli Tasawuf berkata“TASAWUF itu mereka yang telah memahami hakikat FANA' dari dirinya dan BAQA' dengan ALLAH karena kehadiran HATI mereka bersama ALLAH”.Sahabat Rasulullah yang banyak menjelaskan tentang FANA ’ ialah Sayyidina Ali, salah seorang sahabat Rasulullah yang terdekat, yang di i'tiraf oleh Rasulullah sebagai Pintu Gedung Ilmu’.Diantaranya “Di dalam FANA'ku, leburlah ke- FANA-anku, tetapi di dalam ke- FANA'an itulah bahkan aku mendapatkan ENGKAU AL-HAQ”.Demikianlah FANA; ditanggapi oleh para kaum sufi secara baik, bahkan FANA itulah yg merupakan pintu bagi mereka yang ingin menemukan ALLAH Liqo' ALLAH bagi yang benar-benar mempunyai keinginan dan keimanan yang kuat untuk bertemu dengan ALLAH Salik.Supaya nggak rancu dlm pemikiran Artinya GHAIB itu ialah HAPUSHAPUS itu tidak ada lagi kelihatan DZATkita, kecuali DZAT ALLAH Ta'ala hendaknya l'tikad danpandangan kita,seperti ombak..la bernama ombak di laut, sebab iabernama laut, tetapi pada hakikatnya iaadalah AIR dari itu 3 namanya, hakikatnyatetap berasal dari yg 1 besi didalam Api,maka hilanglah besi itu oleh api, tidakkelihatan lagi ujud besinya, hanya keadaan api itulah yang semata matakelihatan, zatnya, sífatnya dan Afalnya..Maka apabila ditetapkan keadaan tsb dan disesuaikan dg keadaan kita, niscaya hilanglah keadaan kita itu,maka tidak ada lagi dan sampailah kita pada jalan FANAFILLAH apabila kita tidur akan terlihatlaholeh kita dgNYA lah kita BADANI HAJJA ALA QALBI"hancurlah badan jadilah QALBI SHARARROHI"hancurkan hati jadikan roh".TUDIBURROHI SHARANNURU"hancurkan roh jadikan Cahaya"lalah AKU ALLAH dalam Diam. Akuyang sebenarnya Rahasia MARKUMMANUSIA, ya di dalam HATImu itu..HATI manusia itu seumpama cermin, maka apabila ditilik/dilihat dg benar didalamnya, maka akan kelihatanlah Tuhan-nya, dari rupa kita yang bathin itulahyang diakui ALLAH, Rupa Dari RahasiaNYA, karena dalil menyatakan"Insan itu RahasiaKU, RahasiaKU" ituSifatNYA..SifatNYA itu Tidak lain daripada UjudAKU Yang wajib Ujud Adanya".ALQALBUHAYATI SYIRRI ANA ILLA ANNAArtinya "Didalam Akal itu ada Hati,didalam Hati itu ada Roh, didalam Rohitu ada Sir, didalam Sirr itu ada AKU".AKU RAHASIA SEGALA MANUSIA,YANG ADANYA DIDALAM olehmu wahai Shaleh...Inilah orang yang sebenar-benarnyamengenal ALLAH Ta'ala MAN ARAFALLAHU FAHUWA ALLAHBarang siapa mengenal ALLAH yaitubernama ALLAH ALLAH HakikatnyaTunggal.BUTA SELAIN DZAT ALLAHTauhidul SIFAT itu seperti engkau berkata, dan engkau itikatkan didalam hatimuIA KUDRAT, IRADAT, ILMU, HAYAT,SAMA, BASHAR, KALAMArtinya; Tidak ada yg mempunyai Kuasa,Berkehendak, Tahu, Hidup, Mendengar,Melihat dan Berkata-Kata.. Melainkansemuanya itu berasal dari ALLAH Ta'alajuga pada hakikatnya".Tauhidul DZAT itu seperti engkauberkata dan engkau l'tikatkan didalamhatimu; LA MAUJUDA ILLALLAHArtinya "Tidak ada yg mempunyai Kuasa,Berkehendak, Tahu, Hidup, MendengarMelihat dan Berkata-Kata.. Melainkansemuanya itu berasal dari ALLAH Ta'alajuga pada hakikatnya".Tauhidul DZAT itu seperti engkauberkata dan engkau l'tikatkan didalamhatimu; LA MAUJUDA ILLALLAHArtinya "Tidak ada yang Ujud didalam Alam inimelainkan ujud ALLAH Ta'ala semata-mata pada Hakikatnya", karena semuaAlam Ujud alam ini tidak Maujud dgsendirinya, tetapi berdiri Ujud pada UjudALLAH aza Yang Banyak Didalam Satudan Pandang Yang Satu Didalam pandanglah bahwasannya Ujudsekalian Alam ini berdiri pada UjudALLAH Ta'ala, Tidak ada yg Maujuddg sendirinya dan Pandang olehmubahwasannya ALLAH Ta'ala itu Maujuddidalam sesuatu yang sertakan Pandangmu itu denganPandang "Pandang yang Rahasia yaitu yangDidalam HATI"Jangan pandang yang dibangsakandengan perkataan dan lafadz, itu tidakdpt memberi pandanglah olehmubahwasannya ALLAH Ta'ala itu Maujuddi dalam tiap-tiap sesuatu yg Ujud...Yaitu pandang HAWIYAHNYA, QIYAUMAHNYA dan KUDRATNYA serta kebesaranNYA dan tidak ada diambil tempat dan ALLAH Ta'ala itu tidak menjadi rupa sesuatu, Karena AlLLAHTa'ala LAISAKAMISLIHI SYAI'UNWAHUWASSAMI'UL BASHIRArtinya; "Tidak ada yg menyamaiALLAH Ta'ala dg sesuatu apapun danDIA mendengar lagi melihat segalapekerjaan, baik yang zahir maupunyang bathin".Dan ketahuilah olehmu bahwasesungguhnya keadaan kita ituselama-lamanya tetap didalamILMUNYA ALLAH TAALA demikianlah sebenar-benarnya Itikad kita, dan itulah I'tikad para Nabi-Nabi ALLAH, para wali ALLAH dan I'tikadsupaya sampai kepada jalanFANAFILLAH dan BAQABILLAHArtinya; GHAIB KITA DIDALAM ALLAHTA'ALA dan KEKAL ADANYA DENGANALLAH ALLAH "Maka barangsiapa yang ingin akan menemukan Tuhannya maka hendaklahia mengerjakan amalan Sholeh danjanganlah ia mempersekutukansiapapun dalam beribadat kepadaALLAH Surat A-Kahfi 110Untuk mencapai Liqa' ALLAH dalamayat yang tersebut di atas, ada 2kewajiban yang harus dilaksanakanyaitu1. Mengerjakan amalan sholeh dengan menghilangkan semua- sifat-sifat yang tercela dan menetapkan dengan sifat-sifat yang terpuji yaitu TAKHALI dan Meniadakan/menafikan segalasesuatu termasuk dirinya sehinggayang benar-benar WUJUD/ ISBAThanya ALLAH semata-mata dalam beribadat.. Itulah artinya memFANAkan Nabi-nabi dan wali-wali sepertiSheikh Abu Qasim Al-Junaid, AbdulQadir Al-Jailani, Imam Al-Ghazali, AbYazid Al-Busthomi sering mengalamikeadaan "FANA" FILLAH dalammenemukan Nabi Musa alaihisalam ketikaia sangat ingin melihat ALLAH makabaginda berkata yang kemudiannyadijawab oleh ALLAH Ta'ala sbg berikut;"Ya Tuhan, bagaimanakah caranyasupaya aku sampai kepada MU?Tuhan berfirman "Tinggalkan dirimu/lenyapkan dirimu FANA, baru kamu bisa sampai padakU"Kata-kata Hikmah Dari Wali-wali ALLAHyang telah mengalami FANA', Ada seorang bertanya kepada Abu Yazid Al-Busthomi"Bagaimana tuan habiskan masapagimu?".Abu Yazid menjawab "Diri saya telah hilang FANA dalam mengenang ALLAH hingga saya tidak tahu malam dan siang".Satu ketika Abu Yazid ditanya seseorang ttg bagaimanakah kita bisa mencapai ALLAH. Beliau menjawab "Sirnakalah diri kamu. Di situlah terletak jalan menuju ALLAH. Barang siapa yang melenyapkan FANA dirinyadalam ALLAH, maka yg didapati bahwaALLAH itu segala-galanya".1 TAUHIDUL AFAL2TAUHIDUL SIFAT3 TAUHIDUL ASMA4 TAUHIDUL ZATDan suatu riwayat mengatakan sebagaiberikut FANAIL AFAL FANA'IL SIFAT danFANAIL ZATTauhidul AFAL itu seperti engkauberkata; LAFALUN ILLA FI'LULLAHArtinya "tidak ada yg mempunyai perbuatanmelainkan perbuatan ALLAH Ta'alasemata didalam Hakikatnya". Sumber dari HAKIKAT INSAN Mengenal Diri
Keutamaan"Kalimat Laa Ilaha Illallah". Muhammad Abduh Tuasikal, MSc November 13, 2009. 20 72,552 3 minutes read. Ibnu Rajab dalam Kalimatul Ikhlas mengatakan,"Kalimat Tauhid (yaitu Laa Ilaha Illallah, pen) memiliki keutamaan yang sangat agung yang tidak mungkin bisa dihitung.". Lalu beliau rahimahullah menyebutkan beberapa keutamaan
Oleh Ustadz Abu Hudzaifah Suroso Abdussalam Pasal 2 Akidah yang Menjadi Ajaran NII, dalam Tinjauan… Berikut ini akan kita ketahui aqidah yang menjadi ajaran NII. Kita mulai dari aqidah yang ditanamkan SM Kartosoewirjo di dalam mengader siswanya di Institut Suffah. Diuraikannya kalimat Laa Ilaha illallah sebagai berikut 1. La maujuda illallah Artinya Tidak ada yang maujud kecuali atas ijin dan takdir Allah. Pengertian singkatnya adalah bahwa setiap kejadian, baik yang disengaja oleh manusia ataupun tidak, baik yang sesuai dengan keinginan manusia ataupun tidak, yang bersifat biasa ataupun luar biasa, yang manis dan yang pahit, yang baik maupun yang buruk, itu semua adalah atas kudrat dan iradat Allah, atas kuasa dan kehendak Allah. Posisi makhluk termasuk manusia, tidak ada peran sama sekali yang berpengaruh di dalan mewujudkan sesuatu, ia hanyalah saluran dan sambungan saja. Daya ikhtiar dan akal manusia, bagaimanapun besarnya tidak akan mampu mewujudkan sesuatu, tanpa izin dan kuasa Allah. Ikhtiar dan akal manusia hanya berfungsi sebagai sarana dan penyambung dari kuasa dan kehendak Allah yang Maha Mutlak. Karena itu, manusia harus menyadari akan kelemahan dan kekerdilannya di hadapan Allah Rabbul Izzati. Segala hidup dan kehidupan, bergantung mutlak kepada kuasa dan kehendak Allah, manusia tidak memiliki daya dan kuasa sedikit pun, kecuali atas kehendak dan kuasa Allah. Inilah yang dikatakan wahdatul maujud. 2. Laa Ma’buuda illallah Artinya Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah. Setelah meyakini wahdatul maujud, artinya segala sesuatu yang maujud selain Allah, itu semua tergantung kudrat dan iradat Allah, selanjutnya kita harus meyakini bahwa semua yang dijadikan atas takdir Allah itu tidak ada yang sia-sia, tetapi semuanya itu untuk menjadi sarana dan medan pengabdian manusia kepada-Nya jua. Seorang Mukmin harus bertekad bahwa segala takdir yang terjadi pada dirinya, di mana saja, kapan saja dan bagaimanapun keadaannya, hanya akan dijadikan sarana beribadah dan mengabdi kepada Allah saja. Sebab kalau kosong dari nilai ibadah kepada Allah, dia akan terjebak kepada syirik atau maksiat kepada Allah. Hal ini biasa disebut wahdatul ma’bud atau tauhidul ibadah. 3. Laa Mathluba illallah. Artinya Tidak ada yang dicari untuk ditaati dan dicari untuk dihindari, kecuali perintah dan larangan Allah saja. Setelah meyakini bahwa segala takdir yang datang kepada kita adalah untuk sarana ibadah kepada Allah, maka kita harus yakin bahwa segala takdir itu mengandung perintah dan larangan dari Allah yang terperinci. Kita harus berusaha mewarnai kehidupan kita sehari-hari dengan warna Islam saja, jangan sampai sesaat pun diri kita lepas dari nilai Islam, yang telah kita yakini sebagai satu-satunya Dienullah, sistem hidup yang telah digariskan Allah, yang membawa kemaslahatan kehidupan di dunia dan akhirat. Inilah wahdatul mathlub, artinya kebulatan gerak dan langkah sepanjang aturan-aturan Allah saja. 4. Laa maqsuuda illallah. Artinya tidak ada yang dituju dimaksud kecuali keridhaan Allah. Setelah kita berada di jalan Allah, dengan melaksanakan sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari, jangan sampai kita menyimpang dari arah dan tujuan hakiki yaitu keridhaan Allah. Jauhkan diri kita dari sifat riya, takabur ambisi dan tujuan-tujuan duniawi lainnya, yang dapat menghapuskan nilai amal kita. Jadi, kita melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, merealisasikan sistem Islam dan menjauhi sistem thaghut, itu tujuannya semata-mata ikhlas mencari keridhaan Allah; bukan yang lainnya. Inilah wahdatul maqshud satu tujuan hanya untuk Al lah.[12] Tafsir Laa ilaha illallah oleh SM Kartosoewirjo yang disadur oleh. A. Firdaus, sebagai generasi kedua NII yang masuk NII dari 1962-1980, disadur lagi oleh majalah An-Naba’ [13] edisi 17/Th. II 1994. Tafsir itu pula yang dijadikan materi pokok tentang tauhidullah aqidah di lingkungan usrah yang telah pula berkembang cukup luas di Indonesia. Tafsir tersebut di atas juga terdapat di dalam tulisan/manuskrip sebagai penjelasan atas komando Imam tanggal 24 April 1962. [14] Manuskrip tersebut ditulis oleh tokoh NII generasi awal Angkatan I/menjadi orang NII antara tahun 1949-1962. Apabila kita amati dengan teliti, yang menjadi dasar tafsir SM Kartosoewirjo atas kandungan Laa ilaha illallah adalah terdapat di dalam butir pertama yakni tiada maujud kecuali Allah wahdatul maujud. Butir pertama ini selanjutnya diikuti oleh butir tafsir kedua, ketiga dan keempat, seperti tersebut di atas. Ketiga butir tafsir itu butir 2,3 dan 4 merupakan konsekuensi butir pertama. Apabila pembaca amati sekali lagi mengenai penjelasan wahdatul maujud, maka kita akan mendapati bahwa pemahaman, keyakinan atau ajaran tersebut telah sejak lama ada yang dikembangkan oleh Jahm bin Shafwan [15] dan terkenal dengan nama Jabriyah Jabariyyah. [16] Inti ajaran Jabariyah adalah serba taqdir. Ajaran ini sangat bersebrangan dengan ajaran Qadariyah yang menolak takdir. Kedua ajaran ini termasuk bid’ah [17] dan hal itu tentu saja bathil. Orang-orang Jabariyyah beranggapan bahwa pengaturan terhadap seluruh perbuatan makhluk hanyalah menjadi hak Allah. Semua perbuatan makhluk merupakan perbuatan yang bersifat paksaan, seperti gerakan-gerakan getar,… Kalau perbuatan disandarkan kepada makhluk, itu hanyalah kiasan belaka. [18] Bagi Jabariyyah, manusia seorang hamba tidak mempunyai kemampuan dan tidak mempunyai pilihan apapun terhadap semua yang diperbuatnya, ia bagaikan bulu ditiup angin. Di dalam bahasa SM Kartosoewirjo, posisi manusia tidak memiliki peran sama sekali yang berpengaruh di dalam mewujudkan sesuatu, ia hanyalah saluran dan sambungan saja. Daya ikhtiyar dan akal manusia, bagaimanpun besarnya tidak akan mampu mewujudkan sesuatu, tanpa ijin dan kuasa Allah. Madzhab Salaf Ahli Sunnah wat Jama’ah sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Fauzan dan Team Tauhid tentang Qadha dan Qadar sebagai berikut “Sesungguhnya Allah adalah pencipta segala sesuatu, Pengatur dan Pemiliknya. Tiada sesuatu pun yang keluar dari hal itu. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan apa yang Dia tidak kehendaki pasti tidak terjadi. Tidak ada di alam semesta ini sesuatu yang terjadi melainkan dengan masyi’ah kehendak dan qudrat kekuasaan Nya. Tidak sesuatupun yang menghalangi Nya apabila Ia menghendaki sesuatu. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Maha Mengetahui segala sesuatu yang telah lewat, yang akan terjadi dan yang tidak ada bagaimana seandainya ia ada. Dia telah menulis segala yang ada sebelum terciptanya; perbuatan para hamba, rezki, ajal dan bahagia atau celaka dan sebagainya. Seperti dalam firman Allah “Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.” Al-An’am17. “Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.” At-Taubah; 51. “Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan dengan Dia.” Al-Qashash 68. “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab Lauh Mahfuzh sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” Al-Hadid 22 Adapun segala perbuatan, sifat dan kejadian yang berada di luar keinginan dan ikhtiar manusia, maka hal itu bukan medan taklif dari Allah dan tidak dinisbatkan kepada manusia. Tetapi ada perbuatan-perbuatan yang dapat dilakukan manusia dan berada dalam kemampuan manusia, yang kalau ia kerjakan berdasarkan kekuatan dan ikhtiar yang sudah dianugerahkan Allah kepadanya, maka tampaklah hikmah Allah dalam pembalasan. Seperti firman Allah “Supaya Dia menguji siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya.” Al-Mulk2 dan Hud; 7 Setiap orang pasti merasa bahwa ia mampu melakukan perbuatan-perbuatan itu atau meninggalkannya. Jadi perbuatan-perbuatan itu benar-benar perbuatannya sendiri sesuai dengan kehendak dan keinginan bukan majazi, tapi hakiki, –Pen. Allah berfirman, “Dan katakanlah, Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu, maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zhalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” Al-Kahfi29. “Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” Ath-Thur21. “Yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.” At-Takwir 28 [19] Dengan penjelasan di atas, kita mengetahui bahwa madzhab Salaf Ahli Sunnah wal Jama’ ah adalah pertengahan antara Qadariyah dan Jabariyah di dalam masalah yang kita bicarakan ini takdir. Jika Qadariyah menetapkan perbuatan manusia tergantung manusia, tanpa ada ikatan dan kaitan dengan Allah. Sedangkan Jabariyah menetapkan segalanya tergantung kepada takdir Allah, sehingga manusia sama sekali tidak dapat berbuat, dan perbuatan manusia bagaikan bulu yang ditiup angin, sebagai saluran belaka, tidak ada upaya sama sekali, tidak berbuat dengan makna hakiki. Maka, keduanya Qadariyah dan Jabariyah merupakan firqah bathil. Lebih luas lagi, tafsir SM Kartosoewirjo terhadap Kalimat tauhid Laa ilah illallah seperti disebutkan di atas 4 butir, ternyata juga bermuatan aliran tarekat sufi tertentu. Sebab hanya orang-orang sufi sajalah yang menyatakan kalimat wihdatul wujud. Aliran Wihdatul Wujud menyatakan bahwa tingkat tertinggi dari keimanan apabila seseorang telah bersatu dengan Allah dan terlepas dari kewajiban menjalankan syariat Allah [20] sehingga tidak ada yang maujud kecuali Allah. Namun demikian, SM Kartosoewirjo tidaklah sepenuhnya menelan aliran sufi yang ekstrim, sebab terbukti masih mempertahankan syariat lihat butir ke-3/Laamathluba illallah. Walau begitu, pengertian Laa mathluba illallah, bukanlah termasuk dari Laa ilaha illallah akan tetapi masuk ke dalam bagian makna rububiyyah tauhid rububiyyah. Sedangkan Laa maqshuda ilallah, bukan pula masuk ke dalam makna Laa ilah illallah akan tetapi merupakan syarat dan tujuan tauhid ibadah itu sendiri. Oleh karena itu, makna yang benar dari Laa ilaha illallah, adalah Laa ma’buda bihaqqin ilallah, artinya tidak ada ilah yang diibadahi dengan hak melainkan Allah saja. Pembahasan lebih lanjut mengenai Tauhidullah ini, akan dipaparkan saat kita meninjau sistematika tauhid antara ajaran NII dengan madzhab Salaf. Oleh karena tidak mengikuti manhaj yang hak di dalam mengaji bidang aqidah, yakni akidah itu tauqifiyyah, [21] akan tetapi mengikuti manhaj para filosof, kaum sufi dan mutakallimin/ahli kalam yang menentang Ahlus Sunnah, maka semakin kacaulah di dalam menafsirkan Laa ilaha illallah, seperti yang dimuat dalam manuskrip catatan jihad, buah pena salah seorang generasi jibal gunung yakni dalam bahasa orang NII sebagai “orang tua” atau generasi sabiqunal awwalun.lihat catatan kaki hal. 57. Tafsir yang kacau tersebut adalah sebagai berikut –Selamat pelaksanaan tugasnya terutama sekali dalam bidang 1. Memegang teguh dan menguatkan Kalimat tauhid Kalimat Thayyibah, dengan empat kerangka La; dalam makna La Mathluba illa-Ilah, dalam makna a. Tiada yang dicari dan diusahakan, kecuali Rahmat ridha Allah. b. Tiada yang dicari dan diusahakan, kecuali pemimpin pembawa amanat Allah. c. Tiada yang dicari dan diusahakan, kecuali Agama/kerajaanAllah. La maqshuda illa-llah, dalam makna a. Tiada titik tujuan, kecuali Rahmat-Ridha Allah. b. Tiada titik tujuan, kecuali idzarnya pemimpin pembawa amanat Allah. c. Tiada titik tujuan, kecuali idzarnya Agama/Kerajaan Allah. La ma’buda illllah, dalam makna a. Tiada yang disembah, kecuali Allah. b. Tiada yang ditaati dan disetiai, kecuali pemimpin dan pembawa amanat Allah. c. Tiada yang dijunjung tinggi, kecuali Agama/kerajaan Allah. La Maujuda ill-Ilah, dalam makna a. Tiada yang wujud muthlak, kecuali Allah. b. Tiada yang diakui wujud/ada, kecuali pemimpin pembawa amanat Allah. c. Tiada yang diakui wujud/ada, kecuali Agama/Kerajaan Allah. [22] Sekali lagi, bagaimana pemahaman yang benar atas La ilaha illallah yang dipahami oleh Salafus Shalih Ahli Sunnah wal Jama’ah, berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dapat dilihat di dalam pembahasan sistematika penggolongan tauhidullah. Semoga waspadalah orang-orang yang mau waspada, dan akan tergelincirlah orang-orang yang lalai. dan semoga kita termasuk orang-orang yang meniti jalan Salafus Shalih. Yakni jalannya para Nabi dan sahabatnya. Mereka para shahabat adalah orang-orang terbaik yang diberi predikat oleh Allah Ridwanullah Alaihim Ajma’in atas keimanan dan ketakwaan mereka. Merekalah yang mencukupkan diri dengan apa yang difirmankan Allah Azza wa Jalla dan yang disabdakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, di dalam ber-dien ini beraqidah, beribadah; berakhlak, bersyari’ah dan bermu’amalah. Merekalah orang-orang yang mengingkari filsafat dan hukum mutakallimin yang menggunakan standar akalnya untuk menimbang firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Apabila akalnya membenarkan dua wahyu Allah, maka mereka menetapkannya sebagai keyakinan. Sebaliknya, apabila akal mereka tidak memberikan rekomendasi terhadap dua wahyu Allah, maka mereka menolaknya dengan congkak dan sombong. Menarik apa yang dikatakan Ibnu Khaldun tentang bagaimana menempatkan akal di dalam dien kita ini, “Akal adalah mizan yang benar, maka keputusannya benar tak mengandung kedustaan. Tapi Janganlah kau gunakan ia untuk menimbang masalah tauhid, masalah akhirat, hakikat nubuwah, hakikat sifat-sifat Ilahiyah dan apa yang ada di balik itu, karena hal itu mustahil. Orang yang menggunakan akalnya untuk perkaraperkara seperti ini adalah seperti orang yang melihat timbangan untuk menimbang emas, lalu dengan penuh ketamakan ia menggunakannya untuk menimbang gunung. Ini tidak menunjukkan bahwa timbangannya tidak betul, tetapi akal yang tidak mampu. Dia tidak dapat menjangkau Allah dan sifat-sifat-Nya karena ia akal, Pen sebuah dzarrah atom dari atom-atom alam ciptaan Allah.” [23] ~ Disalin dari buku ” NII Dalam Timbangan Aqidah “. Penulis Ustadz Abu Hudzaifah Suroso Abdussalam. Penerbit Pustaka Al-Kautsar Cet. Pertama Juli 2000 ~ Sumber Artikel Footnote [12] A. Firdaus, Op Cit. hlm. 29-31. [13] Majalah ini merupakan karya Usroh Jakarta sebagai bagian dari NII. Periksalah majalah tersebut pada edisi 17/Thn II-1994, hlm. 37-39. [14] Catatan jihad manuskrip, Penulisnya, menurut berita yang beredar adalah Abu Suja’ yang kemudian dieksekusi Adah Jaelani Tirtapraja atas fatwa Ajengan Masduki. Ia dibunuh karena tulisannya berbeda dengan yang ditafsirkan oleh penguasa yang sedang eksis Adah Jaelani sebagai Imam. [15] Abdurrahman bin shalih Al-Mahmudi. Al-Qadla wa Qadar fi Dhui Al-Kitab wa AsSunnah, Riyadh, Dar An-Nasyr Ad-Dauli 1414. hlm. 142. [16] Jabariyyah adalah suatu ajaran atau keyakinan bahwa Allahlah yang menentukan perbuatan manusia baik buruknya, manusia tidak punya upaya apa-apa. Ajaran ini diyakini oleh firqah Jahmiyah yakni para pengikut Jahm bin Shafyan Abi Mahras As-Samarkandi At-Turmudzi yang dihukum bunuh pada tahun 128 H. Jahm bin Shafwan belajar kepada Ja’d bin Dirham. Ja’d belajar kepada Thalut. Thalut belajar kepada Labib bin Al- Asham, seorangYahudi, maka jadilah mereka semua murid-murid Yahudi. Karena itu, perhatikanlah dari siapa seseorang itu mengambil ilmu? Sedangkan Qadariyah adalah firqah yang berpandangan sebaliknya yang muncul pada akhir masa shahabat. Mereka berkeyakinan bahwa manusia itu sendirilah yang menciptakan perbuatannya, sedangkan Allah tidak menetapkan qadar apa-apa. Orang pertama yang membawa paham ini ialah Ma’had Al-Juhani. disebut pula Ghayalan Ad-Dimasyq. Dan ada pula yang mengatakan bahwa pembangun firqah ini adalah Susan An-Nasrani. [17] Ibnul Qayyim, Syifa Al-’Alil, Dar el Fikr. 1409, Bab 13, [18] Abdullah bin Abdul Muhsin At-Turki dan Syu’aib Al-Arnauth, Syarah Aqidah AtThahawiyyah, hlm. 639. [19] Tim Tauhid At-Tauhid Lish-Shaffits Al-’Ali,. terjemahan Agus Hasan Bashari. Jakarta, Darul Haq, 1419, hlm. 169-171. [20] Abdullah bin Abdul Muhsin At-Turki. Op Cit, Butir Pembagian Tauhid. [21] Tauqifiyyah maknanya hanya ditetapkan berdasarkan nash Al-Qur’an dan As-Sunnah, lihat Abdullah bin Abdul Muhsin At-Turki Dasar-dasar aqidah Imam Salaf; Shalih bin Fauzan At-Tauhid I; Abdullah Azzam Aqidah landasan Pokok Membina Umat dan seluruh kitab-kitab tauhdid buah pena para ulama pewaris Nabi Ulama ahlus sunnah wal Jama’ah lainnya. [22] Catatan Jihad, Op Cit. hlm. 4-5. [23] Abdullah bin Abdul Muhsin At-Turki. Op Cit. Bagian Kaidah Pengajian Masalah Aqidah, butir Membatasi Akal Memikirkan Perkara yang Bukan Bidangnya… ___________
Bagaimanakita mau memakai sifat Allah? Bagaimana mau wujud dari sifat Allah masuk ke dalam diri saya? Lho, yang saya

Lafal Lailahailallah tentu sangat familiar di kehidupan kita sehari-hari, mengingat bacaan zikir ini sering menjadi amalan selepas salat kamu sudah terbiasa juga dengan amalan salah satu zikir yang paling utama ini. Namun, tahukah kamu apa makna dari lafal tersebut dan seperti apa keutamaannya?Di bawah ini, telah merangkum ulasan lengkap mengenai lafal zikir tersebut dan keutamaannya bagi umat Islam. Langsung saja, yuk, simak!Makna dan Arti LaillahailallahLâ mabûda bihaqqin illallâhLâ masyhûda bihaqqin illallâhLâ maujûda bihaqqin illallâhMakna-makna turunannyaKeutamaan Membaca LailahailallahDihapusnya 4000 Macam Dosa BesarKunci Kebahagiaan di AkhiratKesalahan dalam Memaknai LailahailallahMengucapkan Lailahailallah tapi Percaya KemusyrikanMengucapkan Lailahailallah Tanpa Beramal SalihManfaat Bacaan Zikir Laillahailallah MuhammadarrasulullahCara Zikir Lailahaillallah yang Diajarkan Para UlamaMakna dan Arti LaillahailallahSecara umum, arti lafal tersebut adalah pernyataan keesaan Allah Swt. sebagai Tuhan bagi alam semesta. Akan tetapi, ada makna mendalam yang bahkan sering menjadi bahan diskusi para ulama mengenai penafsiran dari kalimat tauhid Al-Quran sendiri, kamu bisa menemukan penjelasan mengenai makna keesaan Allah Swt. dalam Surah al-Hajj ayat 62 yang berbunyiذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِۦ هُوَ ٱلْبَٰطِلُ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْكَبِيرُżaalika bi`annallaaha huwal-ḥaqqu wa anna maa yad’ụna min dụnihii huwal-baaṭilu wa annallaaha huwal-aliyyul-kabiirArtinyaKuasa Allah yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah Tuhan Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha demikian, tak jarang kalimat tauhid tersebut dimaknai oleh masyarakat seperti “tidak ada wujud yang haqiqi selain Allah” dan “tidak ada penguasa abadi selain Allah”.Sebagian yang lain juga memaknai kalimat tauhid tersebut seperti ini “tidak ada pengatur alam semesta selain Allah” dan “tidak ada yang berkuasa selain yang menjadi pertanyaan adalah mana dari makna-makan tersebut yang benar dan sesuai?Tentu kita semua tidak ada yang salah dari kalimat-kalimat tersebut. Akan tetapi, jika hal tersebut diyakini sebagai makna Lailahailallah, tentu merupakan suatu memaknainya dengan benar, kamu bisa menyimak penjelasan para ulama yang akan bahas di bawah mabûda bihaqqin illallâhSebagaimana dijelaskan oleh Syekh Muhammad Abdul Qadir Khalil dalam Aqidah al-Tauhid fi Al-Qur’an al-Karim, para ulama tauhid telah sepakat bahwa makna kalimat tauhid tersebut bukan lah “Lâ mabûda illallâh” yang artinya tiada Tuhan yang disembah selain Allah “Lâ mabûda bihaqqin illallâh”, yaitu tiada Tuhan yang disembah dengan hak kecuali Allah Muhammad Abdul menambahkan apabila makna yang digunakan adalah yang pertama maka kenyataannya tidak lah makna Lailahailallah yang pertama seakan mengasumsikan bahwa ada tuhan-tuhan lain di luar sana selain Allah Swt. yang disembah. Padahal satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dengan sungguh-sungguh hanya lah Allah karena itu, perlu dipastikan bahwa makna kalimat tauhid tersebut adalah tiada Tuhan yang hak kecuali Allah Ta’ sisi lain, Syekh Muhammad Abdul juga menjelaskan bahwa kalimat tersebut secara retorika memiliki gaya bahasa baik itsbat dan qashr kalimat Lailahailallah menggunakan gaya bahasa yang membatasi makna dengan penerapan negasi pada salah satu dan menetapkan hal ini, yang dinegasikan adalah kalimat La ilaha dan yang ditetapkan adalah kalimat illallah. Dengan begitu kalimat tersebut menegaskan keesaan Allah Ta’ala. Jika yang diterapkan hanya gaya bahasa itsbat atau penetapan, maka pengertiannya tidak akan membatasi keterlibatan tuhan jika nafyi saya yang dipakai, kalimat tersebut maknanya akan ternafsikan jika kalimat tauhid hanya allahu ilahun yang artinya adalah Allah itu Tuhan, maka kita belum bertauhid saat adalah karena kelemahan kalimat tersebut dan tidak adanya yang menegasikan kemungkinan tuhan-tuhan sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Quran Surah al-Baqarah ayat 163, Dia adalah Tuhan Yang Maha Esaوَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُWa ilaahukum ilāhuw waaḥid, laa ilaaha illaa huwar-raḥmaanur-raḥiimArtinyaDan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha masyhûda bihaqqin illallâhSelain memiliki makna Lâ mabûda bihaqqin illallâh, Lailahailallah juga mempunyai makna lain, yaitu Lâ masyhûda bihaqqin illallâh yang dalam Bahasa Indonesia berarti tiada Tuhan yang berhak disembah selain yang satu ini juga ditegaskan dalam kutipan Al-Quran Surah al-Fatihah, yaitu Iyyaka na’budu yang artinya Hanya kepada Engkau kami dengan sebelumnya, gaya bahasa yang dipakai di sini juga qashr. Yang membedakan hanya kalimat tersebut tidak secara khusus sama-sama menggunakan itsbat dan qashr nafyi, melainkan qashr taqdim ma haqquhu al-ta’ bahasa tersebut mendahulukan bagian kalimat yang umumnya digunakan di akhir. Jika tidak menggunakan gaya bahasa qashr, kalimat Iyyaka na’budu akan berbunyi Na’buduka saja, yaitu Kamu menyembah Engkau’.Jadi, dalam hal ini, laihailallah dapat dimaknai bahwa tidak ada yang terpikir oleh kita saat beribadah kecuali Allah Ta’ala dan tidak ada pula yang bisa menghalangi kita untuk beribadah maujûda bihaqqin illallâhSelain dua makna di atas, kalimat tauhid yang sedang kita bahas juga dapat dimaknai Lâ maujûda bihaqqin illallâh, yaitu tiada yang disaksikan dengan hak selain semua hal yang dilihat dan disaksikan adalah semata-mata karena wujud dan kebesaran Allah ada yang disaksikan kecuali kehendak, rencana, hikmah, dan kekuasaan-Nya semata. Tidak ada pula hal buruk yang ada di sisi Allah oleh Syekh Abu Al-Hasan Nuruddin dalam al-Radd ala al-Qa’ilin bin Wahdatil Wujud bahwa seseorang yang sudah memaknai kalimat tersebut sampai ke batas ini hanya akan melihat Allah sebagai Zat yang ada di depannya, tak ada lah yang juga terjadi pada al-Hallaj saat menyatakan “Ana al-haqq.”Lebih lanjut Syekh Abu Al-Hasan menyimpulkan makna kalimat Lailahailallah, yaitu bahwa La ma’buda merupakan makna syariat, La masyhuda merupakan makna hakikat, sedangkan La maujuda merupakan makna turunannyaKetiga makna utama yang sudah disebutkan di atas juga memiliki beberapa turunan, seperti La mahbûba bihaqqin illallâh yang artinya tiada yang dicintai dengan hak selain Allah dan Lâ maqdûra bihaqqin illallâh, yaitu tiada yang dikuasakan dengan hak selain artinya juga bisa dimaknai sebagai Lâ maqshûda bihaqqin illallâh, yaitu tiada yang dituju dengan hak selain Allah, Lâ mas’ûla bihaqqin illallâh yang berarti tiada yang diminta dengan hak selain Allah, dan untuk mendukung pengertian-pengertian di atas, Syekh Abdurrahman ibn Muhammad menjelaskan bahwa para ulama juga mempersyaratkan setidaknya delapan hal, salah satunya adalah mempunyai pengetahuan untuk menafikan lainnya adalah mempunyai kepatuhan untuk menafikan ketidaktaatan, mempunyai keyakinan untuk menafikan keraguan, mempunyai kekufuran pada hal-hal lain selain Allah Swt., dan mempunyai keikhlasan untuk menafikan itu, dipersyaratkan juga untuk mempunyai penerimaan untuk menafikan penolakan, mempunyai kecintaan untuk menafikan kebencian, dan yang terakhir mempunyai kejujuran untuk menafikan Membaca LailahailallahDalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad saw. pernah berpesan kepada Sayyidina Ali Karramallahu Wajahah mengenai zikir khusus yang dapat mendekatkan umat Muslim kepada Allah Swt. dan yang lebih berat dari dunia itu, Rasulullah menjelaskan bahwa bacaan yang paling utama adalah “laillahailallah”. Lafal tersebut lah yang selalu beliau ucapkan dan begitu juga dengan nabi serta rasul tersebut kemudian diturunkan oleh Sayyidina Ali kepada para sahabat-sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in sampai sekarang diketahui oleh seluruh umat ini juga lah yang mempertegas keutamaan membaca lafal tersebut dan mengamalkannya sebagai bagian dari zikir 4000 Macam Dosa BesarBacaan zikir ini dianjurkan bagi Nabi Muhammad saw. bukan tanpa alasan. Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Anas disebutkan bahwa membaca kalimat tauhid dapat menghapus berbagai macam dosa besar. Berikut bunyi potongan hadis tersebutمَنْ قَالَ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَمَدَّهَا هُدِمَتْ لَهُ أَرْبَعَةُ آلافِ ذَنْبٍ مِنَ الْكَبَائِرِManqala ilahailallahu wamadda hha hhudimat lamu arba’atu aafidzanbin minalkaba iruArtinyaSesungguhnya barang siapa membaca kalimat Tauhid لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dan memanjangkannya, maka baginya akan dihapus empat ribu macam dosa besarSaat mendengar mengenai hal tersebut, para sahabat pun bertanya kepada Nabi Muhammad saw. bagaimana jika seseorang yang mengamalkan hal tersebut tidak mempunyai satu pun dosa hal tersebut, Rasulullah menjelaskan bahwa dosa keluarga dan orang-orang terdekatnya lah yang akan dihapus jika kasusnya Kebahagiaan di AkhiratMembaca zikir Lailahailallah ternyata bukan hanya dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw. saja. Nabi-nabi sebelum Rasulullah juga menganjurkan hal yang sama, seperti diriwayatkan dari Wahab bin Manbah, berikut iniعن وهب بن منبه رضي الله عنه قال قرأت في آخر زبور داود عليه الصلاة والسلام ثلاثين سطرا يا داود هل تدرى أي المؤمنين أحب إلى أن أطيل حياته الذي إذا قال لا إله إلا الله اقشعر جلده وإني أكره لذلك الموت كما تكره الوالدة لولدها ولابد له منه انى أريد ان أسره في دار سوى هذه الدار فان نعيمها بلاء ورخاءها شدة فيها عدولا يألوهم خبالا يجرى منهم مجرى الدم من أجل ذلك عجلت أوليائي إلى الجنة لولا ذلك لما مات أدم عليه السلام وولده حتى ينفخArtinyaDiriwayatkan dari Wahab bin Manbah bahwa dia pernah berkata “aku telah membaca tiga puluh baris terakhir dari kitab zaburnya Nabi Daud as. di dalamnya diterangkan Allah berfirman kepada Nabi Daud “apakah kau tahu orang mukmin yang paling aku inginkan untuk ku panjangkan umurnya?” Nabi Dawud menjawab “tidak tahu”. Kemudian Allah menjelaskan “yaitu orang mu’min yang jika membaca kalimat tauhid akan merinding bulu-bulanya. Dan aku sangat membenci tidak ingnkan orang mu’min seperti itu lekas mati, seperti orang tua yang tidak rela anaknya mati. Sesungguhnya aku ingin sekali menyenangkannya di rumah yang bukan rumah ini fana = dunia. Karena kenikmatan di dunia ini merupakan cobaan, dan kemewahan-kemewahan itu hanyalah kesengsaraan. Di samping itu di dunia banyak musuh yang mondar-mandir terus mengalir menyelebunginya seperti aliran darah yang mengajak pada kerusakan. Oleh karena itu aku segerakan mereka para kekasihku mati lalu masuk ke surgaku. Andaikata tidak demikian, niscaya tidak akan mati Nabi adam dan anak cucunya hingga ditiupnya sangka kala. Demikianlah posisi pentingnya kalimat tauhid لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ bagi seorang mu’min, ia tidak sekedar sebagai kalimat pengakuan keesaan Allah swt, akan tetapi juga sebagai kunci menuju kesuksesan hidup di akhirat nanti. Sebagaimana janji Allah yang dijelaskan kepada Nabi Dawud as. Karena itulah dikatakan مفتاح الجنة لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ bahwa pintu surga adalah la ilaha hadis di atas menjelaskan bahwa bacaan tauhid tersebut juga mempunyai keutamaan sebagai kunci kebahagiaan dan kesuksesan di orang-orang yang membaca kalimat tauhid dengan khusyuk, Allah Swt. akan menyelamatkannya dari kefanaan dunia yang penuh dengan musuh dan Swt. juga menjanjikan surga-Nya bagi orang-orang yang senantiasa mengucapkan kalimat tauhid tersebut dengan hatinya yang paling di atas menegaskan betapa pentingnya kalimat tauhid Lailahailallah bagi umat Islam. Kalimat tersebut bukan hanya sebagai bentuk pengakuan kita sebagai manusia atas keesaan Allah tetapi, dengan membaca dan mengamalkan kalimat tersebut dalam zikir serta doa, kita juga telah membuka salah satu pintu menuju kesuksesan hidup di akhirat dalam Memaknai LailahailallahTak jarang kesalahan memahami kalimat tauhid tersebut menimbulkan konsekuensi yang serius. Jika kesalahan hanya ada di tataran wacana, masalahnya tentu tidak begitu tetapi, yang sering terjadi adalah orang-orang menggunakan kesalahpahaman atas kalimat tauhid tersebut sebagai pembenar untuk melakukan perbuatan-perbuatan semacam ini bahkan bukan hanya sering terjadi di masa Muslim modern seperti saat ini, tetapi juga di zaman para ulama-ulama besar Lailahailallah tapi Percaya KemusyrikanAda kasus pelaku perdukunan dan klenik serta pemuja kubur yang bersikeras menolak bahwa perbuatan mereka adalah bagian dari kesyirikan. Sebab, mereka masih percaya bahwa Allah Swt. lah Yang Maha meyakini bahwa selama mereka masih percaya bahwa Allah Ta’ala yang mengatur alam semesta, menciptakan kehidupan, dan mengatur rezeki umat-Nya, artinya mereka masih memegang bisa membuktikan dengan cara mewawancarai orang-orang yang memuja kubur atau mereka yang menggunakan jasa tersebut bisa jadi mempunyai KTP Muslim dan menganggap bahwa mereka juga masih seorang Muslim selama mereka masih mengucapkan kalimat tauhid dan mengakui keberadaan Allah mengucapkan kalimat tauhid tersebut tanpa pemahaman yang benar dan mengamalkannya tidak mempunyai pengaruh apa kalimat tauhid bukan hanya untuk diucapkan secara lisan saja, tetapi juga tentang bagaimana kita yang perlu diingat adalah, hanya mereka yang memahami makna Lailahailallah dengan benar lah yang mendapatkan jaminan surga Allah ini juga dipertegas dalam hadis riwayat Muslim dari Utsman bin Affan ra. yang berbunyiمَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَMan maata wahhuwa ya’lahu annahu la ilaha illallahu dakhalal janahArtinya“Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mengetahui bahwa sesungguhnya tiada sembahan yang berhak disembah kecuali Allah maka akan masuk Surga”. HR. Muslim 145Mengucapkan Lailahailallah Tanpa Beramal SalihKesalahan ini juga patut disebut penyakit yang sering mendarah daging di masyarakat, yaitu membaca kalimat tauhid dijadikan alasan untuk tidak yang salah tersebut biasanya dibarengi dengan tidak peduli dengan agamanya, tidak salat, dan tidak menunaikan diingatkan tentang ibadahnya, orang-orang seperti ini biasanya akan beralasan yang penting mereka masih memiliki seperti ini ternyata bukan hanya terjadi di masa sekarang saja, pada zaman ulama Tabiin Wahb bin Munabbih juga sudah ada pemahaman keliru semacam ada yang pemahaman bahwa selama seseorang sudah mengucapkan kalimat tauhid tersebut, artinya ia sudah terjamin masuk surga meskipun tidak tidak demikian adanya. Imam Wahb bin Munabih menanggapi pemahaman tersebut sebagaimana tertulis dalam hadis riwayat Bukhari berikut iniبلى ولكن ليس من مفتاح إلا له أسنان فإن أتيت بمفتاح له أسنان فتح لك وإلا لم يفتحArtinya“Benar, laa ilaaha illallah adalah kunci surga. Namun bukankah setiap kunci harus punya gigi. Jika kamu membawa kunci yang ada giginya, dibukakan surga untukmu, jika tidak ada giginya, tidak dibukakan surga untukmu.” HR. Bukhari secara Muallaq sebelum hadis no. 1237 dan disebutkan Abu Nuaim secara Maushul dalam al-Hilyah 4/66.Poin pentingnya adalah jika kamu ingin zikir Lailahailallah diterima, maka kamu harus membarenginya dengan beramal Bacaan Zikir Laillahailallah MuhammadarrasulullahSelain membaca kalimat tauhid, tak jarang kita juga mendengar lantunan zikir tersebut diikuti dengan kalimat Muhammad Rasulullah. Jika kalimat tauhid menyatakan keesaan Allah Swt. seperti yang telah dibahas di atas. Kalimat selanjutnya adalah penegasan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah apa faedah atau manfaat dari zikir tersebut bagi umat Islam? Tujuan utamanya tentu untuk mendekatkan diri kita pada Allah Swt., tetapi adakah faedah yang dimiliki zikir ini?Dalam kitab Syarah Ummul Barahin, Imam Abdullah Muhammad bin Yusuf as-Sanusy al-Asy’ary menjelaskan keutamaan-keutamaan meng-istiqamah-kan bacaan Lailahailallah Muhamadarrasulullah. Faidah yang dimaksud dibagi menjadi dua kategori, yaitu kembali pada karomah dan kembali pada budi yang pertama, yaitu kembali pada karamah, masuk ke dalam kategori amr khariqul adah atau perkara di luar kebiasaan. Berikut di antaranyaKemudahan dalam memperoleh barang atau uang yang keberkahan dalam makanan yang dihidangkan. Misalnya, makanan sedikit pun bisa cukup untuk orang banyak. Contoh lainnya adalah yang terlihat pada para hakikat apa yang hendak dipakainya. Misalnya dalam hal makanan, kamu bisa mengerti mana yang haram dan halal dengan mudah karena memahami tanda-tanda yang yang kedua, yaitu kembali pada budi pekerti, keutamannya terbagi menjadi delapan, seperti berikutMenumbuhkan sifat tawakal, yakni kepercayaan hati pada Allah Swt. sebagai Yang Maha Haq dan Maha Pemelihara. Seseorang yang senantiasa bertawakal kepada Allah akan memiliki jiwa yang tenang dan tidak bimbang saat menghadapi apa sifat zuhud pada diri, yaitu kosongnya hati dari mengandalkan sesuatu pada hal yang fana atau sifat kaya dalam hati, artinya hati kita terselamatkan dari fitnah orang lain karena berbagai sifat malu yang dapat membuat kita semakin mengagungkan Allah Swt. dan mengingat-Nya setiap saat. Sifat ini juga mencegah diri untuk mengadu pada makhluk lain dan hanya mengadu rasa syukur sehingga selalu memuji Allah Swt. dan melihat nikmat dalam berbagai hal, termasuk di sela-sela sifat futuwah, yakni menjauhkan diri dari meminta makhluk lain untuk melakukan perbuatan baik kepada kita. Sebab, seluruh kebaikan bersumber dari Allah sifat fakir, yaitu memutuskan hati dari kebahagiaan saat memperoleh hal-hal yang bersifat beberapa keutamaan dalam pembahasan sebelumnya, ada banyak keutamaan lainnya dari membaca zikir Lailahailallah Muhammadarrasulullah. Cara Zikir Lailahaillallah yang Diajarkan Para UlamaTerakhir, kamu bisa membaca zikir tauhid ini dengan cara yang diajarkan para ulama, yaitu dengan memanjangkan lafal La’ sambil memalingkan kepala ke sebelah saat melafalkan Ilaha’ hendaknya kepala digerakkan kembali ke bagian tengah. Sedangkan saat melafalkan Ilallah’, palingkan kepala ke sebelah lupa untuk menghayati makna setiap lafal Lailahailallah tersebut dan dapat juga disambung dengan kalimat Muhammadarasulullah’ sebagai pelengkap. Wallahu’

IJAZAHDZIKRUL JALALAH DARI HABIB ABUBAKAR BIN MUHAMMAD ASSEGAF GRESIK Bersabda Nabi Muhammad SAW: "Paling afdhol (utamanya) zikir adalah LAA ILAAHA ILLALLAH dan paling afdholnya doa adalah ALHAMDULILLAH." "Paling utamanya ucapan yang. Rahasia Makrifat - TVTarekat. Keliru Mengatakan; La Maujuda Illallah - YouTube. Salah satu agenda Majelis Dzikir SAEPI TQN Suryalaya ialah kajian fiqih bersama ustadz Muhammad Ruhiyat Haririe, Lc. Setiap Sabtu sore pukul hinga WIB. Kitab yang dikaji ialah Safinatunnajah karya Syekh Salim Sumair Al Hadrami dengan syarah Kasyifatussaja karya Syekh Nawawi Al Bantani. Dalam kajian tersebut ustadz Haririe, panggilan akrabnya, membahas makna laa ilaha illa Allah. وَمَعْنَى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ لاَ مَعْبُودَ بِحَقٍّ -فِيْ الْوُجُوْدِ- إِلاَّ اللهُ Makna لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ adalah tidak ada yang berhak disembah -dalam wujud- selain Allah. أي لا يستحق أن يذل له كل شيء إلا اﷲ Maksudnya adalah bahwa segala sesuatu tidak berhak menghinakan diri atau menyembah kecuali kepada Allah. Laa Ilaaha Illallah tersusun dari 3 huruf [ا – ل – ه], dan terdiri dari 4 kata Laa, Ilaha, illa dan Allah [لا اله الا الله]. Pertama, kata Laa Disebut laa nafiyah lil jins huruf lam yang berfungsi meniadakan keberadaan semua jenis kata benda setelahnya. Misalnya kata “Laa raiba fiih” tidak ada keraguan apapun bentuknya di dalamnya. Artinya meniadakan semua jenis keraguan dalam al-Quran. Sehingga laa dalam kalimat tauhid bermakna meniadakan semua jenis ilaah, dengan bentuk apapun dan siapapun dia. Baca juga Apakah Rasulullah Saw Pernah Melakukan Talqin Secara Berjamaah Kedua, kata Ilah Kata ini merupakan bentuk mashdar kata dasar, turunan dari kata aliha – ya’lahu [ألـه – يألـه] yang artinya beribadah. Sementara kata ilaahun [إلـه] merupakan isim masdar yang bermakna maf’ul obyek, sehingga artinya sesembahan atau sesuatu yang menjadi sasaran ibadah. Jika kita gabungkan dengan kata laa, menjadi laa ilaaha [لا إلـه], maka artinya tidak ada sesembahan atau sesuatu yang menjadi sasaran ibadah, apapun bentuknya. Ketiga, kata Illa Ilaa artinya kecuali. Disebut dengan huruf istitsna’ pengecualian yang bertugas untuk mengeluarkan kata yang terletak setelah illa dari hukum yang telah dinafikan oleh laa. Sebagai contoh, Laa rajula fil Masjid illa Muhammad’, Tidak ada lelaki apapun di masjid, selain Muhammad. Kata Muhammad dikeluarkan dari hukum sebelum illa yaitu peniadaan semua jenis laki-laki di masjid. Baca juga Tiga Ilmu yang Wajib Dipelajari Pengamal Tarekat Keempat, kata Allah Dialah Sang Tuhan, dikenal oleh makhluk melalui fitrah mereka. Karena Dia Pencipta mereka. Sebagian ahli bahasa mengatakan, nama Allah [الله] berasal dari kata al-Ilah [الإلـه]. Hamzahnya dihilangkan untuk mempermudah membacanya, lalu huruf lam yang pertama diidhgamkan pada lam yang kedua sehingga menjadi satu lam yang ditasydid, lalu lam yang kedua dibaca tebal. Sehingga dibaca Allah. Demikian pendapat ahli bahasa Imam Sibawaih. Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan maknanya dalam kitab Madarijussalikin, الله وحده هو المعبود المألوه الذي لا يستحق العبادة سواه “Allah Dialah al-Ma’bud yang diibadahi, al-Ma’luh yang disembah. Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia” Syaikh Muhammad Abdul Qadir Khalil menjelaskan bahwa para ulama tauhid sepakat bahwa makna Laa Ilaaha illallah adalah Laa ma’buda bihaqqin illallah tiada tuhan yang disembah dengan hak kecuali Allah, bukan Laa ma’buda illallah, tiada tuhan yang disembah selain Allah. Baca juga Perbedaan Orang yang Lalai dan yang Berakal Andai makna Laa Ilaaha illallah adalah Laa ma’buda illallah, tiada tuhan yang disembah selain Allah, niscaya kenyataannya berbohong. Sebab, masih mengasumsikan ada tuhan-tuhan selain Allah di luaran sana yang disembah. Padahal, tuhan-tuhan itu semuanya batil kecuali Allah. Karena itu, perlu dipastikan bahwa makna Lâ ilâha illallâh adalah tiada tuhan yang hak kecuali Allah. Tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya kecuali Dia. Selain bermakna Laa mabuda bihaqqin illallah Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Laa ilaha illallah juga bermakna Laa maujuda bihaqqin illallah Tiada maujud yang hak selain Allah dan Laa masyhuda bihaqqin illallah Tiada yang disaksikan dengan hak selain Allah. Makna Laa mabuda bihaqqin illallah ini juga ditegaskan Allah dalam surah al-Fatihah. Iyyaka nabudu Hanya kepada Engkau kami menyembah. Lagi-lagi gaya bahasa yang dipergunakan adalah gaya bahasa qashr. Bedanya, jika Laa ilaha illallah dengan qashr nafyi dan itsbat, sedangkan iyyaka nabudu dengan qashr taqdim ma haqquhu al-ta’khir mendahulukan bagian kalimat yang biasa diakhirkan. Tanpa qashr, kalimat itu berbunyi, Nabuduka Kami menyembah Engkau. Namun, dalam gaya bahasa qashr, kalimat itu menjadi Iyyaka nabudu Hanya kepada Engkau kami menyembah.” Karena itu, siapa pun yang telah menyelami makna ini, tidak akan ada yang bisa menghalangi dirinya beribadah, tidak ada yang terpikir saat dirinya beribadah kecuali Allah. Kemudian Laa maujuda bihaqqin illallah maksudnya tiada yang maujud -bermakna wujud- dengan hak kecuali Allah. Segala wujud yang terlihat bukan wujud yang hakiki. Wujudnya bumi misalnya. Ia diwujudkan oleh Allah. Selain itu, wujud bumi juga terbatas dan fana. Begitu pula wujud-wujud yang lain. Semuanya wujud karena ada yang mewujudkan. Tetaplah wujud yang hakiki dimiliki oleh Allah, Dzat yang maha wujud, azali, qadim, dan kekal. Kemudian Laa masyhuda bihaqqin maksudnya tidak ada yang disaksikan dengan hak kecuali Allah. Apa pun yang dilihat dan disaksikannya semata-mata karena wujud dan kebesaran-Nya. Tidak ada yang disaksikan semata rencana, kehendak, kekuasaan, dan hikmah-Nya. Baca juga Saepi Gelar Kajian Online Bahas Iman dan Tingkatannya Tidak ada yang buruk di sisi-Nya. Sehingga manakala ada seseorang yang melihat perkara buruk oleh mata kepalanya, maka dengan pandangan mata hatinya bashirah terlihat baik dan sejalan dengan hikmah yang hendak diberikan-Nya. Bahkan, seorang yang telah menyelami makna ini, tidak bisa melihat sesuatu di depannya kecuali Allah. Itu pula yang terjadi pada al-Hallaj yang pernah mengatakan, “Ana al-Haqq.” Para ulama tasawuf menyebut makna Laa ma’buda ini sebagai makna syariat, makna Laa maujuda sebagai makna tarekat, dan Laa masyhuda sebagai makna hakikat. Turunan dari tiga makna di atas adalah Laa maqshuda bihaqqin illallah tiada yang dituju dengan hak selain Allah, Laa maqdura bihaqqin illallah tiada yang dikuasakan dengan hak selain Allah, Laa mas’ula bihaqqin illallah tiada yang diminta dengan hak selain Allah, La mahbuba bihaqqin illallah tiada yang dicintai dengan hak selain Allah, dan seterusnya. Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe! Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan ______ Gd5K.
  • g7ynjn2z6s.pages.dev/138
  • g7ynjn2z6s.pages.dev/543
  • g7ynjn2z6s.pages.dev/357
  • g7ynjn2z6s.pages.dev/596
  • g7ynjn2z6s.pages.dev/17
  • g7ynjn2z6s.pages.dev/120
  • g7ynjn2z6s.pages.dev/169
  • g7ynjn2z6s.pages.dev/438
  • la maujuda illallah artinya